Rabu 05 November
2014 || 20 : 36 WIB
Kategori
: Ekbis
Penulis : Lrd Khalits
Tidak
Elok dan Tidak Bijaksana Naikan BBM Saat Ini
8GlobaliTa – Jakarta, Sangat tidak elok dan sangat tidak
bijaksana jika pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang baru dilantik dan
baru menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden menaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) saat ini. Karena rakyat saat ini sangat susah, perekonomian rakyat
sangat sulit dalam mencari tambahan income atau pemasukan.
Demikian
dikatakan Pemerhati Keselamatan Bangsa, politik dan sosial kemasyarakatan, H
Azhari Boy DT R Mulie yang juga Anggota HMI angkatan 66 ini kepada 8Globalita
di kediamannya di Jakarta, baru baru ini, Rabu (5/11/2014)
H.
Boy demikian H Azhari Boy DT R Mulie di sapa. Menghimbau pemerintahan Jokowi -
JK untuk tidak menaikan BBM dalam kondisi sekarang, disaat harga-harga yang
terus meningkat dari hari ke hari dan Juga minimnya lapangan pekerjaan.
“Bagaimana
bisa menambah penghasilan, cari pekerjaan saja sulit. Jangan dipaksakan naik,
orang nanti gak makan. Untuk apa KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan KIS (Kartu
Indonesia Sehat), Kalau kenyataannya masih banyak rakyat megap-megap memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kalau itu dilakukan juga, jelas-jelas pemerintahan Jokowi –
JK amat sangat membebani rakyat, mencekik rakyat, menekan rakyat,” Ulas H Boy.
Dipaparkan
H Boy, apakah tidak ada jalan lain yang
lebih elok dan lebih bijak selain membebani rakyat dengan menaikan BBM? Apa
tidak bisa di cari jalan lain sebagai jalan keluar? Karena apapun bentuknya, baik
itu pengalihan kesehatan atau pendidikan dan apapun itu alasannya, intinya
kenaikan BBM. Tetap saja, itu memberatkan rakyat.
Menurut
yang juga pendiri LSM HAMKA (Himpunan Anak Muda Kreatif Atraktif) ini. Seyogyanya
pemerintahan Jokowi - JK lebih bisa berfikir dan bertindak kreatif dalam
menangani kemelut bangsa dan negara, baik kemelut keuangan – ekonomi – rakyat
dan lain-lain.
Agar
tidak memberatkan rakyat, selain kecepatan, diperlukan kecermatan, kecerdikan, berpikir
dan tindakan kreatif dalam mengelola dan menangani bangsa dan negara yang besar
dan kompleks ini. Diperlukan kepiawaian dan kreatifitas yang mumpuni dalam
menangani, mengelola dan mengatasi semua kekompleksitasannya.
Bukan
hanya kesehatan, pendidikan, fluralisme, yang terpenting adalah bagaimana
menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan meningkatkan penghasilan
masyarakat setinggi tingginya.
Setinggi
apapun harga BBM, jika pemenuhan kebutuhan hidup sudah tercukupi, bagi rakyat
tidak ada masalah. Sekalipun kesehatan dan pendidikan masyarakat di tangani,
jika penghasilan masyarakat minim tetap saja tidak berarti apa-apa.
Kekurangan
makan bisa menjadikan rakyat mudah sakit karena tidak terpenuhinya gizi. Kartu
Indonesia Sehat (KIS) menjadi tidak akan berarti ketika masyarakat diberdaya
dengan tidak tercukupinya kebutuhan gizi yang baik dan makanan sehat.
Begitupun
Kartu Indonesia Pintar (KIP), tidak akan ada gunanya, ketika yang pintar-pintar
dan sanggup menyelesaikan pendidikannya, jika kemudian harus menganggur dan dan
tidak bekerja. Sekalipun berhasil menyelesaikan pendidikan, itu tidak
bermanfaat dan tidak berfaedah, ketika lapangan pekerjaan tidak ada.
Menurut
Bapak yang pernah menjadi Ketua umum IKAPPABASKO (Ikatan Keluarga Padang
Panjang, Batipuh dan X Koto) Jakarta ini, dan sekarang menjabat sebagai
Penasehat Organisasi Minangkabau di Jakarta, mengaku sebagai masyarakat, ia
sangat mendambakan sosok pemimpin yang
memiliki jiwa pemimpin sejati.
Selain
memiliki empat karakter pemimpin sejati, seperti mempunyai tingkat keimanan dan
ketakwaan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Banyak beramal sholeh dan
dermawan. Memiliki pribadi yang rajin dan taat beribadah sesuai aturan agama.
Serta cerdas, rendah hati, berbudi luhur dan berakhlak mulia. Juga diperlukan
seorang pemimpin yang memiliki pemikiran dan pandangan jauh kedepan, lebih
kreatif dan bijak serta elok dalam bertindak dan berpikir.
“Yang
dibutuhkan masyarakat secara konkrit saat ini adalah lapangan pekerjaan.
Penghasilan yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini,” ujar H Azhari Boy
DT R Mulie, yang sudah pernah mengalami kejayaan secara ekonomi di usia 22
tahun ini.
Naiknya
harga BBM, otomatis diikuti naiknya harga-harga bahan pokok. Akibatnya kebutuhan
ekonomi rakyat semakin meningkat. Sementara penghasilan tidak mengalami kenaikan,
bahkan menurun akibat sulitnya mencari kerja. Juga upah pekerja yang tidak
sesuai dengan situasi saat ini, sementara harga barang-barang lainpun melambung
tinggi bagai roket.
Ini
semakin memberatkan rakyat, karena bukan hanya barang-barang kebutuhan pokok
dan mendasar yang naik, tapi juga harga barang-barang lain akan ikut naik,
tanpa bisa dibendung, termasuk transportasi. Bahkan Pemerintah pun tidak bisa
membendung naiknya harga-harga kebutuhan konsumtif tersebut. Akibatnya
pengeluaran rakyat akan jauh semakin lebih tinggi. Sementara penghasilan sangat
rendah bahkan mungkin tidak ada.
H. Azhari Boy DT R Mulie - Mendengarkan Keluhan Rakyat |
Untuk
mengatasi devisit keuangan negara, seperti situasi saat ini, diperlukan
pemikiran kreatif dan piawai mencari solusi yang brilian tanpa mengorbankan rakyat
yang sudah sulit – sudah. Bukan dengan jalan menaikan BBM. Menaikan BBM justru
semakin membebani dan lebih menambah kesulitan rakyat yang sudah sekarat.
Menaikan BBM bukan satu-satunya cara yang baik mengatasi kondisi ekonomi dan
keuangan rakyat dan negara saat ini.
Akan
lebih bijak dan elok kalau pemerintahan Jokowi – JK mengerti kondisi rakyat
saat ini. Mencari jalan lain yang lebih kreatif. Sebab menurutnya, setiap
terbentur devisit keuangan negara, pemerintahan selama ini selalu saja jalan
keluarnya menaikan BBM. Sedangkal itukah pemikiran SDM pemerintahan di negeri
ini? Tidakkah pemerintahan Jokowi – JK memiliki pemikiran yang lebih maju,
lebih kreatif dan brilian mengatasi kemelut devisitnya keuangan negara.
“Logikanya,
mau atau tidak! pemerintah mencari jalan keluar yang kreatif dan inovatif,
tanpa membebani rakyat?!. Adakah pemikiran dan tindakan kreatif dari pemerintahan
Jokowi - JK, tanpa harus melulu menaikan BBM sebagai jalan keluar. Kan itu persoalannya!”
jelas H. Boy.
Apa
tidak sebaiknya dilakukan jalan keluar yang lain, misalnya mengumpulkan
dana-dana talangan yang ada, atau dana-dana dari kas kementerian yang selama
ini penggunaannya tidak transparan. Dari tahun ke tahun, periode ke periode
kepemimpinan, tidak pernah ada kementerian melaporkan kepada rakyat secara
berkala, tentang penggunaannya, dihadapan presiden, secara transparan.
Kita
tidak pernah tahu kemana dan dimana rimbanya dana-dana tersebut. Rakyat hanya
tahu, justru mundurnya menteri setiap kali ada perubahan Presiden atau
kepemimpinan tanpa melaporkan masuk dan keluarnya dana kementerian di
masing-masing departemen atau kementerian.
“Sampai
saat ini, sampai saya sudah usia 70 tahun sekarang ini, saya menduga, belum
pernah mendengar dan belum pernah tahu ada kementerian yang melaporkan secara
rinci dan transparan kepada presidennya di hadapan publik, melaporkan
penggunaan anggaran kementerian.” Tegas H. Boy.
Menurut
H. Boy, laporan penggunaan keuangan rakyat ini sebaiknya amat sangat perlu dilakukan
oleh setiap menteri. Dengan demikian rakyat akan bisa tahu, berapa terpakai dan
berapa sisa. Jika sisa itu ada, maka kembalikan ke negara. Sisa dari dana-dana dari
kementerian itulah seharusnya dapat digunakan untuk keperluan yang lain.
Paling
tidak, bisa digunakan untuk kebutuhan yang diperlukan Jokowi – JK dan
pemerintahan berikutnya dalam menjalankan program pemerintahannya sebagai upaya
memperkecil beban rakyat. Jika BBM dinaikan dalam kondisi harga minyak dunia
sedang turun, amat sangat tidak elok.
“Saat
ini harga minyak dunia kan sedang turun, jadi
apa alasan Jokowi - JK menaikan harga BBM, kan tidak masuk akal.” Kata H Azhari Boy.
Banyak
solusi bisa dilakukan pemerintahan Jokowi – JK, untuk mengatasi devisit
perekonomian negara saat ini. Negara ini sangat kaya, pastinya punya banyak
cadangan, diantaranya dari kantong-kantong negara seperti kas kementerian yang
selama ini tidak pernah diungkap kemana larinya atau disimpan dimana.
Selain
itu ada dana cadangan negara yang bisa digunakan. Setahun yang lalu pernah
digunakan SBY. Sekitar Satu miliar dolar dipinjamkan kepada IMF untuk membantu negara
lain.
“Kalau
tidak salah dana cadangan negara saat ini ada sekitar 120 miliar dolar. Dana
cadangan yang tidak terpakai itu kan
bisa digunakan untuk keperluan negara saat ini, untuk menutup kebutuhan yang
lain, demi kepentingan rakyat, misalnya dipakai dulu 10 atau 15 miliar. Kalau
untuk luar saja bisa digunakan, kenapa untuk rakyat tidak bisa!” ujar H Azhari
Boy.
Jika
masih kurang, dicari lagi jalan keluar lain. Masih banyak jalan bisa dilakukan.
Misalnya meminta bantuan negara-negara sahabat seperti China, Arab
Saudi atau negara kaya raya lainnya. Selama ini negara China kan
berhubungan baik dengan negara kita, bahkan sudah banyak menikmati keuntungan
berlebih secara ekonomi dari Indonesia.
Hubungan ekonomi dan pasar yang dijalin selama ini, banyak produk-produk China menguasai pasar Indonesia.
Jika
Jokowi – JK sanggup melakukan hubungan baik dengan China, Arab saudi dan negara-negara
kaya lainnya, melakukan negosiasi dan diplomasi untuk kepentingan negara. Dimungkinkan
keuntungan kita akan jauh lebih banyak dan jauh lebih besar, ketimbang
menaikkan BBM yang hanya membebani rakyat.
Bila
di telaah, dari sekian pemimpin yang menjadi Presiden di Indonesia terutama
sejak kepemimpinan masa reformasi, setiap masalah melanda keuangan negara, yang
dilakukan pemimpin negara ini, selalu saja jalan keluarnya menaikan harga BBM.
Selalu BBM dan BBM yang diandalkan. Selalu rakyat dan rakyat lagi yang
dibebankan. Apa tidak punya pemikiran lain, yang lebih elegan dan lebih kreatif
dalam mengatasi devisit keuangan negara.
“Untuk
bisa melakukan itu, persoalannya hanya satu. Diperlukan keberanian seorang
pemimpin. Bukan persoalan mau atau tidak mau saja, tapi berani apa tidak Jokowi
melakukan terobosan-terobosan baru itu!” kata H. Boy
Menurut
pengamatannya selama ini, setiap pemimpin mengalami kebuntuan keuangan negara.
Bukan mencari sesuatu yang baru yang menjadi luar biasa, yang bisa membuat
masyarakat tercengang dengan ide kreatifnya, yang juga bisa membuat seluruh
dunia juga ikut tercengang, karena pemikirannya yang handal, inovatif dan
kreatif tanpa membebani rakyat.
Jika
memang tidak mempunyai pemikiran yang bisa diandalkan rakyat, mungkin pemikiran
ini bisa di upayakan pemerintahan Jokowi – JK, dalam mencari cara lain yang
bisa ditempuh. Seperti mengumpulkan jago-jago atau ahli-ahli ekonomi dan
keuangan yang ada di negeri ini, ahli-ahli dan pemikir handal dibidang ekonomi,
handal di bidang minyak dan pemasukan negara.
Menurut
H. Boy, pakar ekonomi ini bisa dikumpulkan pemerintah, diajak duduk bersama
untuk membicarakan persoalan bangsa dan negara. Sebagaimana dikutifnya dari
salah satu ayat Al-Qur’an yang dikatakan Nabi Muhammad SAW, bahwa carilah jalan
musyawarah untuk mufakat agar kamu tidak tersesat dan tidak menyesal.
Mengacu
anjuran Nabi tersebut, maka kata H. Boy, seyogyanya Jokowi – JK memanggil
jago-jago ekonomi dan pakar-pakar keuangan itu untuk diajak bicara mencari
jalan keluar dengan cara musyawarah mufakat, bagaimana mengatasi devisit
keuangan negara. Termasuk bagaimana meningkatkan penghasilan rakyat sehingga
bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, menghidupi diri dan keluarganya.
Dalam
hal ini tidak bisa seorang presiden dan wakil presiden menentukan secara
sendiri dan sepihak, tetapi harus dimusyawarahkan dan dimufakatkan dengan
ahli-ahli dan jago-jago ekonomi atau pakar ekonomi dan keuangan yang handal,
diakui kemampuan dan kredibilitasnya secara nasional maupun internasional.
Seperti Rizal Ramli, Irsanuddin Noorsy, Sri Mulyani, Kurtubi, Kwik Kian Gie,
Cipta Lesmana dan lain-lain.
“Panggil
ahli dan pakar ekonomi tersebut. Ajak mereka bicara untuk mencari jalan keluar dan
mencari alternatif bagaimana mengatasi kemelut devisit keuangan yang dialami
negara saat ini. Bagaimana menambah atau meningkatkan pemasukan kas negara juga
meningkatkan penghasilan rakyat.” Kata H. Boy
Jangan
lagi rakyat dibodohi, di iming-imingi dengan cara di bantu sedikit atas nama
KIP - KIS dan entah apapun namanya. Jika tidak sebanding dengan kebutuhan hidup
rakyat saat ini yang serba tidak menentu. Apa artinya KIS dan KIP yang dua
bulan 4 ratus ribu, sementara kebutuhan setiap hari diperlukan lebih dari 200
ribu.
“Meski
KIP dan KIS solusi yang baik, untuk membela rakyat. Tapi jangan juga rakyat
dibodoh-bodohi, dengan iming-iming dibantu, tapi sebenarnya, dicekik,” Ujar H. Azhari
Boy.
Sebagai
pemerintah yang ingin mensejahterakan rakyat, tidak seharusnya Jokowi-JK
menaikan BBM. Sebagai dalih mengalihkan untuk keperluan program KIS dan KIP
atau apapun itu namanya.
“Janganlah
begitu, jika memang mau tolong rakyat, tolong yang benar, jangan lagi dibebani,
itu sama artinya tidak menolong. Kalau di satu sisi dia menerima 10 tapi harus
mengeluarkan 100, kan
lebih banyak keluarnya. Masalahnya berapapun dibantu, tapi penghasilan rakyat kan tetap tidak
bertambah, tidak naik. Ini yang harus dipikirkan, bukan saja oleh pemerintahan
Jokowi – JK tapi juga oleh seluruh rakyat Indonesia, seluruh komponen bangsa
ini,” paparnya
Seharusnya
dipikirkan pemerintah Jokowi – JK adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja
seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya, agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya. Jika penghasilan mencukupi, berapapun harga bagi rakyat pasti tidak
masalah. Jika kebutuhan perut sudah terpenuhi dan kebutuhan hidup sudah bisa
diraih, kesehatan rakyat bisa terjamin. Pendidikan bisa dijangkau.
“Inilah
yang perlu dipikirkan Jokowi – JK, jika benar-benar ingin menciptakan rakyat
dan negara ini sejahtera sehat jasmani dan rohani. Yang menjadi rakyat sakit kan karena tidak
terpenuhi kebutuhan hidupnya, makan tidak teratur, atau bahkan tidak makan,
sehingga gizi yang baik tidak terpenuhi. Ini yang membuat rakyat tidak sehat
alias sakit.” Papar H. Azhari Boy.
Menurutnya
rakyat gampang sakit karena susah cari makan, susah cari duit, susah memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pengeluaran melebihi pendapatannya. Ini bukan saja membuat
rakyat sakit secara fisik tapi juga sakit secara jiwa. Banyak orang stress
gara-gara sulit cari duit, sulit cari makan, sulit beli ini, beli itu, akibat
sulitnya cari pekerjaan dan penghasilan. Penghasilan tidak sepadan dengan
pengeluaran yang harus ditanggung.
“Kalau
satu hari pendapatan 20 ribu, untuk biaya bensin saja sudah habis, terus kapan
dia bisa memenuhi kebutuhan perutnya? Kan
ini bisa sakit secara fisik dan kejiwaan.” Kata H. Azhari Boy.
Dalam
hal ini kenaikan BBM harus dipikirkan secara matang, harus ditinjau dari segala
sisi. Seperti kondisi perekonomian rakyat yang sekarang ini sangat sulit. Di
tambah lagi harga minyak dunia saat ini sedang turun.
Demikian
dijelaskan H Boy Azhari kepada 8Globalita baru-baru ini, menyikapi rencana
pemerintahan Jokowi – JK menaikan harga BBM di tengah-tengah kesulitan negara
dan rakyat, di kediamannya di kawasan Jakarta Timur.
Disinggung
tentang Jokowi belum membicarakannya rencana kenaikan BBM ini dengan DPR, H
Azhari Boy mengatakan, saat ini DPR sedang amburadul. Tidak bijak meminta
tolong kepada orang yang dirinya sendiri sedang kacau.
“Kita
memang diwajibkan meminta tolong kepada orang lain, tentu saja kepada orang yang
bisa menolong orang lain dan dirinya. Sementara DPR kita sekarang ini sedang
berantakan. Tidak bisa diharapkan dari sosok DPR kita saat ini. Bagaimana DPR
bisa menolong orang lain, bisa menolong rakyat, menolong pemerintah, untuk
menolong dirinya saja, DPR tidak bisa!” Pungkas H Azhari Boy DT R Mulie,
mengakhiri bincang-bincangnya. (8globaliTa – Lrd Khalits).
Follow beritanya di www.8globalita.com
link www.8globalita.blogspot.com
link @8globalita_801 link
@kk_viga link Facebook : Globalita Globalita