I BERANDA I NASIONAL I INTERNASIONAL I METROPOLITAN I POLHUKAM I SOSDIKBUD I EKOBIS I SLERA I OLAHRAGA I NEWSTV I

Minggu, 23 Agustus 2015

Senibudaya/Minggu-23-8-2015/10:01-WIB/Mengenal Lebih Dekat 12 Finalis Go Ahead Challenge 2015


Minggu 23 Agustus 2015 || 10 : 01 WIB
Kategori : Senibudaya
Penulis   : Lrd Viga/801

Mengenal Lebih Dekat 12 Finalis Go Ahead Challenge 2015

   
8GlobaliTa – Jakarta, Sekilah lebih dekat dengan 12 Finalis Go Ahead Challenge yang kaya akan ide kreatif dan berani menuangkannya ke dalam berbagai bentuk media seni, serta tak segan untuk menyuguhkan dan menampilkannya di hadapan publik melalui acara Arwarding Night yang digelar pada Sabtu 22 Agustus 2015 di Gudang Sarinah di kawasan Pancoran Jakarta Selatan. Inilah profile para finalis tersebut dari ke empat bidang seni sebagai berikut.

Pada Kategori Visual Art, ada
Ricky Janitra atau dikenal dengan nama Babay, adalah seorang seniman visual dan lulusan ilmu seni grafis institut kesenian Jakarta. Sebagai seorang seniman, Babay telah banyak terlibat dalam beberapa pameran seni nasional dan internasional. Belum lama ini, Babay berpartisipasi di sebuah festival seni media elektronik, WSK Festival 2014 di Manila, Filipina. Bagi Babay karya seni adalah sebuah proses pembuatan karya yang mampu menghubungkan dunia fisik dan emosi yang dapat direalisasikan melalui tiga media yang dia cintai, lukisan, instalasi dan video.

Andre Yoga Permana adalah seorang pencinta musik dan seniman lepas asal Denpasar Bali. Terinspirasi dari kisah kehidupan nelayan di Indonesia, ia menghasilkan sebuah karya seni lukis grafis berdimensi 50 x 60 yang berjudul “Fisherman”. Kecintaannya terhadap dunia seni ia tunjukkan dengan menyuarakan isi hati dan imajinasi melalui visual. Ia berharap karya-karyanya dalam akun instagram @andreyogaa dapat menginspirasi pelaku seni kreatif lainnya.

Rato Tanggela adalah seorang seniman visual yang berdomisili di Jakarta Barat. Terinspirasi dari kehidupan dalam bersosialisasi dan bermasyarakat, ia melihat banyak ketakutan yang dihadapi dalam hidup dewasa ini. Hasil pengamatannya itu ia tumpahkan dalam sebuah karya berjudul “Heempth”. Beberapa inspirasinya juga datang dari pengalaman pribadi hidupnya. Melalui seni lukis ini, ia merasa mampu menyampaikan keresahan dan ketakutan rekan-rekan sebayanya dalam sebuah bentuk karya seni yang dapat dinikmati.

Pada Kategori Music, ada
Aril Yuliar adalah seorang musisi yang mencintai genre musik metal. “Design To Explode” adalah judul karyanya yang terinspirsi dari persiapan album pertama Aril bersama band metalnya di Surabaya, yang bernama Amondra. Aril dan kawan-kawannya yakin bahwa musik metal dan rock yang memiliki tema dan konsep yang baik akan mampu memberikan warna musik baru di Indonesia, sehingga bisa dinikmati oleh lebih banyak lagi penikmat musik.

Berawal dari ketakutan pribadi akan dunia halus, Kristianto Suryo atau yang biasa dipanggil Ian melahirkan sebuah karya musik berjudul “Hantu Di Jendela”. Musisi kelahiran Sukabumi, Jawa Barat yang humoris ini mencintai musik beraliran Jazz, Blues, Pop dan Rock. Ian percaya bahwa setiap orang pasti memiliki pengalaman aneh dan ketakutan-ketakuatan pribadi. Keberanian Ian untuk membuat pengalaman-pengalaman tersebut menjadi karyalah yang membedakan Ian dengan pelaku seni lainnya.


Khukuh A. Yuda adalah seorang musisi yang juga aktif dikalangan pemusik Surabaya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari band “Hi Mom!” yang banyak mengangkat isu lingkungan. Karyanya yang diberi tajuk “Mid Night Float”, terinspirasi dari emosi sebuah karya seni lain, yakni sebuah film yang pernah ditontonnya, dimana sekelompok anak muda menemui nasib tragis di tengah pelayarannya. Khukuh menangkap kisah mereka melalui alunan musik ciptaannya yang easy listening, namun tetap memiliki sisi emosional yang mendalam.

Pada Kategori Photography, ada
“Babirusakota”, demikianlah judul hasil karya Yogi Kusuma, seorang laki-laki yang mencintai budaya Jawa. Karyanya lahir karena terinspirsi dari perkembangan kota, dimana kecantikan saat ini dinilai secara subjektif. Yogi menilai, saat ini kecantikan memiliki penilaian yang sangat ambigu. Sudut pandang inilah yang ingin Yogi ubah, dengan memanfaatkan teknik photo editing yang dipelajari dan dikuasainya bertahun-tahun.

Muhammad Huda Mustaqim atau yang akrab dipanggil dengan nama Dani Huda adalah seorang fotografer asal kota Kembang, Bandung. Di usia yang ke-18 tahun, Dani berhasil menggelar pameran tunggal dengan menampilkan 18 hasil karyanya untuk pertama kalinya. “Gracie” adalah salah satu judul karyanya yang terinspirsi dari kenyataan bahwa alam berporses dengan cara yang unik dimana sebuah generasi akan digantikan oleh generasi selanjutnya, dan demikian terus selanjutnya.

Kecintaan Bayu Rengga Mauludy terhadap kecantikan alam menjadi inspirasinya dalam menghasilkan karya berjudul “Rambler Substance”, yang mengambil seting Gunung Bromo, Bayu percaya bahwa ketika alam dan spiritual bersatu, sebuah kecantikan alami akan terlahir, dan disitulah karya-karya Bayu hadir, selain aktif dalam menghasilkan karya-karya seni visual, pecinta musik dari band The Beatles ini juga bercita-cita untuk membuat film dokumenter tentang kekayaan budaya dan alam Indonesia.

Pada Kategori Style, ada
“Military in Fashion” demikianlah judul karya seni di subkultur style yang dihasilkan oleh Jasmine Tan. Gadis pecinta karakter-karakter tentara ini baru saja lulus dari salah satu sekolah desain di Jakarta. Berangkat dari kegemarannya membaca artikel-artikel perang, akhirnya ia mulai menuangkan idenya melalui desain style, yang banyak menggunakan motif dan rupa bentuk militer.

Terinspirasi dari kepribadian individu yang Introvert, Wilda Amelia menghasilkan karya yang berjudul “Reveals the Lacuna”. Wilda percaya bahwa menilai seseorang tidak bisa hanya dari luar saja, namun harus bisa mengenali kepribadian orang tersebut dari dalam. Menurutnya, kalimat “Don’t Judge a Book by its Cover” sangat berlaku bagi pribadi yang introver. “Seseorang bisa terlihat tidak ada apa-apanya. Akan tetapi, dengan mengenalnya lebih dalam, bisa jadi ada hal-hal yang unik dan tidak biasa, yang dapat membangkitkan ketertarikan kita,” ujarnya.

Gisela Putri, gadis kelahiran Jakarta yang gemar mendesain pakaian ini ternyata juga gemar bermain musik yaitu piano dan gitar. Ia baru saja lulus dari sekolah desain di Jakarta dan bercita-cita ingin memiliki brand pakaian Ready to wear miliknya sendiri dengan tema dan cutting yang tidak biasa. Hal ini juga terlihat dari karyanya, “Jumping Street”, yang penuh warna-warna berani dan seolah saling “Bertabrakan”. Akan tetapi, keberaniannya dalam memadukan warna-warna tersebut ternyata justru mampu menghasilkan karya yang unik dan sangat tidak biasa.

Itulah sekilas tentang ke 12 Finalis di ajang Go Ahead Challenge 2015 yang pengumuman pemenangnya baru saja dilangsungkan di acara Arwarding Night pada Sabtu (22/8/2015). Dan para pemenang dihadiahi pengalaman berkolaborasi seni di Internasional di Melbourne Fringe Festival 2015, festival seni bergengsi di Australia.

Para pemenang akan berkolaborasi mewakili Indonesia  untuk mempertunjukkan karya kreatif bersama pelaku seni berkelas dunia lainnya, dan juga diberi kesempatan untuk menikmati sisi artistik kota dan bertemu dengan seniman lokal maupun internasional. (8globaliTa – Lrd Viga/801).      

Follow beritanya di www.8globalita.com  link  www.8globalita.blogspot.com  link  @8globalita_801   link   @kk_viga    link   Facebook : Globalita Globalita