I BERANDA I NASIONAL I INTERNASIONAL I METROPOLITAN I POLHUKAM I SOSDIKBUD I EKOBIS I SLERA I OLAHRAGA I NEWSTV I

Selasa, 06 Oktober 2015

Hankam/Sel-6-10-2015/10:16-WIB/Presiden dan Panglima TNI Tepuk Sukacita Peringati HUT TNI Ke-70 Wartawan Sakit Muntah Terlantar


Selasa 6 Oktober 2015 || 10 : 16 WIB
Kategori : Hankam
Penulis   : Lrd Viga/801

Presiden dan Panglima TNI Tepuk Sukacita Peringati HUT TNI Ke-70 Wartawan Sakit Muntah Terlantar

Presiden RI Joko Widodo memeriksa pasukan upacara pada peringatan HUT TNI ke 70

8GlobaliTa – Jakarta, Presiden RI Joko Widodo didampingi Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jendral TNI Mulyono, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi dan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Agus Supriatna, menjadi Irup  pada Upacara Parade dan Defile Peringatan ke- 70 Hari TNI Tahun 2015 yang di laksanakan di Dermaga Indah Kiat Cilegon, Provinsi Banten, Senin (5/10/2015). Bertepuk Sukacita menyaksikan barisan dan defile yang disuguhkan prajurit TNI AD, AL, dan AU dibawah komando Panglima TNI Gatot Nurmantyo, sementara awak wartawan yang meliput terkendala teknis di lapangan mengalami sakit dan muntah-muntah akibat terlantar tidak makan siang.

Acara HUT diawali Pukul 09.00 WIB, Pasukan memasuki Lapangan Upacara Parade. Pukul 10.05 WIB, Demo bela diri militer dari TNI AD. Pukul 10.19 WIB, Sosio drama kolosal tentang Panglima Besar Soedirman. Pukul 10.34 WIB, dilanjutkan Defile pasukan.

Pukul 10.55 WIB, Demo tempur laut yang menampilkan berbagai aksi peperangan, penembakan, serbuan tank, terjun tempur, serta sailling pass dengan formasi tempur. Dalam operasi tempur laut tersebut prajurit TNI AL melakukan penerjunan yang dilakukan oleh pasukan elit TNI AL (Pasukan Katak dan Taifif Marinir) dan tembakan-tembakan dari beberapa kri dan juga alutsista marinir (RM 70 Grad, BMP 3f.

Ucapan Dirgahayu TNI ke 70 dipasang disepanjang puncak gunung di daerah dermaga Indah Kiat Cilegon Banten
 
Pukul 11.33 WIB, Demo pertempuran udara jarak dekat (dogfight) antara pesawat sukhoi dengan pesawat musuh. Dalam demo ini para penerbang Jet Tempur Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 dapat mengambil alih kendali pertempuran yang akhirnya pesawat musuh berbalik terancam. Rudal Sukhoi pun diluncurkan, walaupun pesawat musuh mengeluarkan Flares yang akhirnya pesawat musuh pertama dapat dihancurkan.

Dengan didukung stamina yang prima tingkat intelejensia yang tinggi serta kemampuan mengambil keputusan yang cepat, Pilot Sukhoi berhasil meniadakan ancaman, sehingga ruang udara telah aman.

(Pesawat Sukhoi mempunyai kemampuan yang ditakuti dalam pertarungan udara dengan desain aerodinamis, peforma engine yang superior serta persenjataan canggih, pesawat Sukhoi TNI AU dapat memberikan supremasi udara yang dibutuhkan untuk memenangi perang modern).

Pukul 12.00 WIB, acara selesai. Dalam upacara tersebut, bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) Presiden RI Ir. Joko Widodo dengan Komandan Upacara Letjen TNI Edy Rahmayadi yang sehari-hari menjabat sebagai Pangkostrad. Dilanjutkan Pengucapan Sapta Marga oleh Mayjen TNI Ibnu Darmawan (Aspam Kasad), Laksda TNI Tri Wahyudi Sukarno (Dan Kobangdikal), Marsda TNI Eko Suprianto (Dan Kodikau).

Selanjutnya Penerimaan Tanda Kehormatan diberikan kepada Kolonel Inf Sudarmadi, Kapten Mar M. Nursiyanto dan Serma Tumiran.

Sebuah Spanduk ucapan Dirgahayu TNI ke 70 Tahun 2015 terpampang besar
 
Acara diperingati meriah dan penuh sukacita, serta penuh kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia, dan diliput oleh seluruh media nasional. Namun disisi lain, peringatan akbar ini dihiasi oleh fenomena yang membuat hati miris.

Senin pagi, pukul 00.00 wib, wartawan sudah mulai kumpul di Puspen TNI Cilangkap Jakarta Timur. Pukul 03.00 wib, rombongan wartawan sebanyak 5 bus ukuran ¾ milik Puspen TNI, bergerak dari Puspen menuju Dermaga Indah Kiat Cilegon, Provinsi Banten, Senin (5/10/2015). Didampingi anggota Puspen yang ikut dalam rombongan diantaranya, Badaruddin, Hestu, Kiki, Ira, Rohanda dan lain-lain.

Pukul 05.00 wib, Rombongan Wartawan tiba di Hotel Mabak, Desa Rawa Arum, Pulo Merak yang dijadikan sebagai tempat panitia dari puspen untuk beristirahat dan menginap dekat Polsek Pulo Merak. Bermaksud untuk sarapan pagi, namun setelah menunggu satu jam lebih, konsumsi sarapan pagi tidak datang juga, bahkan untuk buang air kecil saja, bingung mesti dimana, khususnya wartawan wanita. Karena pintu kamar terkunci semua, hanya ada satu pintu kamar vila yang terbuka, alhasil antri tunggu giliran sambil menahan pipis yang hampir ambrol.

Pasukan TNI memperagakan aksi bela diri tangan kosong
 
Sekitar Pukul 07.00 WIB, Tanpa sarapan pagi, karena konsumsi sarapan pagi tidak datang juga, Rombongan wartawan bergerak melanjutkan perjalanan ke Dermaga Indah Kiat tempat upacara dan arena peringatan ke 70 Hari TNI tahun 2015, yang jaraknya bisa ditempuh sekitar setengah jam. Namun karena macet dan menggunakan jalur di bawah play over, akibat salah ambil jalaur, rombongan tersendat dalam kemacetan panjang.

Pukul 08.00 wib, Rombongan tiba di Dermaga, dan baru disitu dapat menikmati sarapan pagi. Untuk kemudian wartawan mulai bekerja, meliput sebagaimana profesinya. Rombongan di bagi 2, di booth kiri dan di booth kanan.

Sebagian wartawan di booth kanan, oleh petugas tidak diperkenankan naik ke booth, karena dikhawatirkan roboh, karena selain penuh sesak oleh kameraman dan fotografer yang sudah siap mengabadikan moment tersebut, juga termasuk diantaranya beberapa anggota berseragam lengkap berdiri maupun duduk selonjoran di atas booth tersebut.

Masyarakat dan TNI berbaur antusias menyaksikan parade dan defile memperingati ke-70 Hari TNI Tahun 2015 di Dermaga Indah Kiat Cilegon Banten Senin (6/10/2015)
 
Akhirnya banyak Wartawan yang mencari posisi masing-masing, bahkan sampai ada beberapa wartawan yang berdebat dengan salah satu petugas yang mengamankan disekitar booth kanan. Beberapa wartawan mencoba memperlihatkan ID liputan khusus TNI saat tidak diberikan akses, untuk meminta kelonggaran meliput di atas booth. Tapi petugas berinisial ‘S’ tersebut malah mengatakan ID itu palsu dan bisa saja di foto kopi. Merasa tidak nyaman, wartawan tersebut mengatakan kalau ID tersebut dikeluarkan Puspen, karena memang jelas-jelas ID itu dikeluarkan oleh Puspen. “Masa ada anggota yang tidak percaya dengan Korps dan Rumahnya sendiri,” kata salah seorang wartawan yang turut nimbrung dan berdebat saat itu.

Ketatnya penjagaan, akhirnya para awak pers dari berbagai media yang tidak dapat tempat di booth ini pun, lebih banyak mengambil posisi di samping kiri booth kanan berbaur dengan masyarakat lainnya yang terus merangsek hingga ke depan booth kanan hingga berbaur dengan anggota dari AL yang sudah berpangkat dan berseragam putih-putih. Sambil menantikan upacara peringatan ke 70 Hari TNI 2015 dimulai.

Tepat pukul 09.00 WIB upacara pun dimulai, masing-masing wartawan mulai bekerja, tanpa peduli sekalipun panas menyengat dan debu menghantam bersama kerasnya hembusan angin laut yang menggelebus. Semua dengan caranya masing-masing.

Tumpukan souvenir berupa tas ransel yang dibagikan untuk tamu dan wartawan
 
Pukul 12.00 wib, acara selesai – seluruh yang hadir satu persatu mulai meninggalkan arena Dermaga. Para awak media menunggu intruksi selanjutnya dari puspen. Berdasarkan pantauan, anggota Puspen dibawah arahan Badar, mengintruksikan kepada wartawan yang sejak pagi berangkat bersama-sama dari puspen untuk berkumpul di tenda pembagian souvenir, tapi tidak semua wartawan yang dibawah asuhan Puspen diberi souvenir berupa tas ransel TNI tersebut sebagai atensi. Padahal berangkat sama, kerja meliput sama, sama-sama kepanasan dan kehausan. Tapi pemberian souvenir saja dibedakan. Entah apanya yang dibedakan menurut Badar. Karena semua wartawan sama-sama menulis, dan ingin tulisannya dibaca orang. Tapi Badar CS memperlakukan diskriminasi terhadap beberapa awak media dan hanya dipandang sebelah mata bahkan tidak dianggap. Meski teknik dan cara wartawan masing-masing berbeda, tapi intinya tetap menulis, karena itu tugasnya. Namun begitu sepertinya Badar lebih berkuasa dan punya kebijakan tidak memberikan souvenir kepada beberapa wartawan.  

Alasan Badar saat itu, karena tidak ada dalam list, padahal jelas-jelas semua nama ada dalam daftar. Sejak awal hadir semua wartawan yang berangkat dari Puspen sudah melaporkan kehadirannya dengan mengisi daftar hadir dan membubuhkan tanda tangan di daftar hadir yang disediakan Puspen. Apa kehadiran wartawan ini dianggap hantu? Yang tidak ada terlihat wujudnya, sehingga tulisan nama dan tanda tangannya tidak dianggap! 

Panitia peringatan HUT TNI ke-70, dan Badar cs dari puspen saat membagikan souvenir kepada wartawan tertentu
 
Sementara daftar nama yang yang dikantongi Badar tidak semuanya hadir. Sedangkan yang hadir asli menulis dan membubuhkan tandatangan dengan tulisan tangannya sendiri. Tapi kehadirannya dipandang sinis. Tentu saja perlakuan Badar CS ini merupakan penghinaan terhadap keberadaan wartawan yang jelas-jelas wujudnya ada di depan mata. Menganak emaskan atau membedakan wartawan yang hadir pada saat itu adanya simbol sebagai indikasi memecah belah wartawan. Seolah menyulut api kecemburuan sosial diantara wartawan. Tentu saja ini merupakan penghinaan terhadap profesi kerja wartawan. “Ada dianggap tiada”.

Lelehan keringat wartawan yang mengucur di bawah terik matahari di HUT TNI ke 70 dianggap tidak berharga. Ini sebuah perlakuan diskriminasi. Karena dalam kerja profesi wartawan sama, baik berskala kecil maupun media yang berskala besar. Tapi dalam kerja sama-sama berkeringat, sama-sama kepanasan, sama-sama kehausan, sama-sama kelaparan. Yang kesemuanya titik akhirnya adalah menulis, menciptakan sebuah tulisan yang ingin dibaca oleh semua orang.

Wartawan dihadapan Badar cs berkumpul di tenda menunggu dan berharap mendapat atensi diberi souvenir
 
Sementara itu, setiap ada warga yang meminta souvenir tersebut kepada Badar cs, dengan amat jelas Badar cs mengatakan “Maaf disini hanya untuk wartawan, untuk yang lain silahkan ke sebelah,”. Alih-alih untuk wartawan, sedangkan wartawan rombongannya sendiri pun tetap diabaikan bahkan tidak digubris sama sekali alias tetap tidak dikasih. Padahal jelas-jelas ucapannya mengatakan itu untuk wartawan, tetapi kenyataannya tidak semuanya sampai ke wartawan.

Seluruh wartawan rombongan Puspen Cilangkap Jakarta diarahkan untuk berkumpul di tenda pembagian souvenir. Meski tidak semua diberi. Dari pantauan siang itu, tidak sedikit wartawan mengeluh lapar, karena belum dapat makan siang, sedangkan jam menunjukkan sudah pukul 14.00 wib. Wajah-wajah sudah mulai ada yang terlihat pucat – di bawah terik matahari yang menyengat. Meski menahan lapar, karena belum makan siang, ada sebagian yang terhibur karena terobati oleh souvenir yang diterimanya. Tapi sebagian lagi menahan kecewa dan getir karena tidak dianggap, bahkan disepelekan. Badar cs telah terang-terangan melakukan diskriminasi, menghina dan melecehkan profesi kerja wartawan sebagai mitra kerja TNI.
Menunggu Bus dibawah terik matahari, dalam kondisi perut kosong – lapar dan haus mulai mendera, bahkan kondisi kurang tidur, juga tidak ada snack satupun masuk untuk mengganjal cacing yang mulai berontak. Tapi pihak Badar cs – Puspen tidak juga peduli pada wartawan yang mulai diserang lapar – lemas – pusing – dan perut perih, mereka asyik berbincang sendiri, makan cemilan sendiri, tanpa bahasa dan kata yang menyejukkan, yang tampak hanyalah wajah-wajah sinis dan tidak perduli.

Wartawan datang mengisi daftar hadir di puspen di hadapan Badar, senin dini hari antara pukul  00.00 - 03.00 wib
 
Sementara sebagian wartawan kasak kusuk bertanya pada satu dan yang lainnya, mencari makanan ringan sebisanya untuk dapat mengganjal perut yang sudah mulai berontak, untuk menghalau agar tidak tumbang di lapangan. Sebagian mulai terlihat pucat dan mengeluh pusing kepala dan keluhan lainnya.

Pukul 15.00 wib, Bus untuk rombongan wartawan yang ditunggu pun datang. Semua berebut naik, akibat kondisi fisik yang mulai tidak karuan, membuat awak pers seperti tidak konsentrasi lagi. Belum lagi jumlah bus yang berkurang. Dari berangkat dari puspen 5 bus, sementara siang saat menjemput hanya 4 bus, otomatis agak berebut. Dilengkapi lagi salah satu bus yang sudah terisi penuh wartawan, oleh pegawai puspen diminta harus dikosongkan, dan naik bus lainnya. Karena bus tersebut hanya untuk pegawai puspen saja, katanya.

Terpaksa wartawan yang sudah duduk manis pun turun dan pindah ke bus lainnya. Sebagaimana perintah salah satu anggota puspen. Alhasil wartawan kembali berhamburan turun dan keluar dan berebut naik mencari jok yang masih kosong diantara 3 bus yang ada. Sebagian terpaksa berdiri kerena jok sudah lengkap terisi. Kondisi ini tentu saja membuat suasana agak sedikit semrawut. Tidak seperti dalam kendali TNI biasanya yang selalu mengedepankan disiplin dan keteraturan. Meski diyakini puspen bukan kali yang pertama ini mengurus wartawan.

Tidak lama bus rombongan wartawan bergerak menuju perhelatan sementara yaitu ke vila Hotel Mabak, atau camp tempat menginap panitia HUT TNI ke 70 tahun 2015. Selain untuk melakukan pengecekan juga makan siang.

Tetapi disini pun kembali jatah makan siang itu tidak ada. Tadinya diperkirakan diberi waktu satu jam untuk istirahat makan siang. Ternyata wartawan harus kembali gigit bibir, karena getir, sebab makan siang yang diharapkan tidak ada. Bahkan makanan kecil berupa snack pun juga tidak ada. Intinya siang itu tidak ada makan siang, tidak ada snack.

Sekitar Pukul 15.30 wib, tanpa mendapat makan siang, bus rombongan wartawan kembali bergerak – menuju pulang kembali ke Puspen di Cilangkap Jakarta Timur. Akibat tidak cukup tidur (semalaman di bus) dan tidak dapat makan siang, seorang wartawan bernama Lely, akhirnya tumbang juga, akibat telat makan penyakit maagnya kambuh dan mengeluh sakit kepala. Sepanjang perjalanan mulai dari dermaga sampai ke camp istirahat, diserang muntah-muntah. Di camp istirahat panitia, oleh seorang panitia, Lely di beri sekotak nasi, untuk mengisi perut yang kosong. Karena sudah telat, makanan tersebut tidak berpengaruh. Lely menjadi korban keterlambatan makan yang disebabkan oleh kelalaian panitia HUT TNI ke 70 tahun 2015, dan menelantarkan wartawan sebagai mitra kerjanya.

Sepanjang perjalanan dari camp menuju puspen Lely terus muntah-muntah, bahkan terus mengeluh pusing. Saking tak tahan menahan sakit, sepanjang perjalanan ia menangis.

Tepat pukul 18.00 wib, Rombongan wartawan tiba di Puspen. Disitulah wartawan baru mendapatkan sekotak nasi dan mengisi perut setelah beberapa jam bergelut menahan lapar dan pusing kepala.

Namun kejadian ini ketika oleh salah seorang wartawan di sampaikan ke Kapuspen TNI Fuad Basa, melalui sms, Selasa (6/10/2015), wartawan tersebut mendapat sms dari Badar yang mengatakan agar jangan fitnah karena tidak baik katanya.

“Assalamualaikum. Non jangan suka bikin fitnah, tidak baik, tks,” demikian isi sms Badaruddin Puspen TNI Cilangkap melalui nomor ponsel 0815.1146.2xxx kepada wartawan tersebut, Selasa (6/10/2015).

Kejadian berdasarkan pengakuan, yang dialami dan dilihat dengan mata kepala sendiri, apakah itu fitnah? (8globaliTa – Lrd Viga/801).


Follow beritanya di www.8globalita.com  link  www.8globalita.blogspot.com  link  @8globalita_801   link   @kk_viga    link   Facebook : Globalita Globalita