Rabu 28 Oktober 2015 || 10 : 08 WIB
Kategori : Seni Budaya
Penulis : Lrd Viga /
Riri
Peringati Sumpah Pemuda Albiner Sitompul Suguhkan
Drama Musikal Jambar Ni Parsubang
8GlobaliTa – Jakarta,
Pentas Pergelaran Drama Musikal berjudul Jambar Ni Parsubang yang disutradarai
sekaligus diproduseri Albiner Sitompul yang diselenggarakan di Teater Besar
Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini Jakarta Pusat pada Selasa 27 Oktober 2015 mendapat
sambutan beraneka ragam dari masyarakat mulai yang menilai biasa-biasa saja
sampai yang kesal karena rasa kecewa.
Pentas drama musikal tersebut mengangkat seni budaya
nusantara dari tanah Sibolga Tapanuli Selatan yang diprakarsai pemuda Sibolga
Tapanuli Selatan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober.
Turut hadir menyaksikan pentas drama musikal tersebut
diantaranya, Pengasuh Letjen Purn Marciano Norman, Tokoh Politisi Senior Partai
Golkar, Akbar Tanjung, Anggota DPRD Banten, Napitupulu, dan Tokoh-tokoh lainnya
dari Tanah Sibolga Tapanuli Tengah.
Cerita drama musikal itu menceritakan tentang keanekaragaman
ciri nusantara dengan segala kemajemukannya, mulai dari suku – agama – ras -
seni budaya dan adat istiadat. Namun demikian meski berbeda, dengan semangat
Sumpah Pemuda, melalui drama musikal tersebut diharapkan kebersamaan dan
persatuan tetap terjalin utuh dalam bingkai persatuan Bhineka Tungka Ika,
dengan mengedepankan saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Meski disadari keberadaan dan fasilitas gedung Taman Ismail
Marzuki (TIM) masih sangat minin dan terbatas sebagai sebuah gedung pementasan
seni. Namun Albiner Sitompul selaku Produser juga sutradara tetap nekat
mengadakan pertunjukkan di gedung tersebut. Hal itu lebih disebabkan karena
besarnya rasa kecintaan kepada seni budaya tanah air, dan adanya keinginan
untuk mendorong dan memberikan semangat kepada para seniman dan seniwati
khususnya kepada para dramawan dan dramawati untuk terus berkarya dan mencintai
seni budaya lokal.
Demikian dijelaskan Albiner Sitompul kepada Lrd Viga 801, Penulis
dan Jurnalis yang aktif menulis di beberapa media nasional diantaranya di
8GobaliTa – Puteriputeri – MukiNews – ObjectiveNews - Interwieu Plus – Derap
Hukum – Fakta dan lain-lain.
“Dengan pentas di sini (Red, Teater Besar TIM), diharapkan
bisa menjadikan TIM sebagai sebuah Teater yang memenuhi standar Teater,
sehingga penyelenggara kedepannya tidak perlu lagi menggunakan alat-alat dari
luar,” ujar Albiner Sitompul saat ditanya kenapa nekat mengunakan Teater Besar
TIM yang minim fasilitas untuk sebuah penyelenggaraan kegiatan pementasan drama
musikal tersebut.
“Perlu ada penanganan teknis untuk keberlangsungan Gedung
TIM ini baik dari sisi lighting, moving dan lain-lain, sehingga penyesuaian
alat yang dari luar dan di dalam. Perlu program yang tepat untuk bisa dirasakan
oleh teknisi pada saat persiapan pertunjukan,” jelas Albiner.
Drama Musikal Jambar Ni Parsubang seluruhnya melibatkan
sekitar 81 orang. terdiri dari pemain 38 orang, penari 14 orang, pemain musik
12 orang, termasuk yang menangani artistik dan kostum serta make up. Dalam
pementasan tersebut bekerjasama dengan melibatkan para dramawan dan dramawati
dari Ikatan Kesenian Jakarta (IKJ) serta TIM.
“Kami bekerjasama untuk bisa mengadakan event-event untuk
mengembangkan kompetensi seni budaya, karena tanpa ada event-event kemampuan
mereka dalam karakter berakting sulit untuk dievaluasi. Melalui penampilan
pertunjukkan ini mereka lebih cepat untuk mengevaluasi diri, untuk meningkatkan
potensinya sebagai pemain teater karena pemain teater itu banyak syaratnya,
karena pertunjukannya live, beda dengan orang membuat film atau sinetron.
Pemain drama benar-benar harus diolah setiap gerak dan ucap, sehingga penonton
tidak bosan, kami memadukan musik, lagu dengan tari untuk memperkaya khasanah
drama agar penonton tidak bosan,” papar Albiner Sitompul.
“Menjelang pementasan telah dilakukan latihan dimulai sejak
bulan lima (Mei
2015). ketika itu saya masih menjabat Kepala Biro Pers, dan sejak bulan Agustus
akhir saya dibebas tugaskan dari Jabatan Kepala Biro, maka waktu saya luang
saya di luar jam dinas, saya gunakan untuk terjun bersama kawan-kawan pemain
drama musik untuk terjun langsung mewujudkan keinginan mempertunjukkan drama
musikal ini,” tambah Albiner lagi.
Menurutnya, event tersebut digelar menjelang sumpah pemuda,
karena untuk memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh Pemuda Oktober 1928 yang
sudah mengumandangkan Sumpah Pemuda.
“Mereka datang secara sadar dengan penuh kearifan lokal yang
mereka bawa ke Jakarta dan bersumpah berbangsa yang satu – bangsa Indonesia,
bertanah air yang satu – tanah air Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan –
bahasa Indonesia,” ujarnya.
Sekarang ini kami, kata Albiner merasakan adanya
kearifan-kearifan lokal yang hampir ditinggalkan, sehingga banyak halangan - rintangan
di dalam pembangunan bangsa, seperti yang terjadi saat ini adanya kebakaran
hutan di beberapa daerah sehingga mengganggu semua aktivitas, mulai
transportasi, kesehatan dan lain-lain.
Selain itu adanya beberapa konflik yang terjadi di
perbatasan Tapanuli Tengah dengan Singkil. Hal itulah yang diangkat kepermukaan
dalam pementasan ini. diharapkan dengan pergelaran drama musikal ini kami dapat
kembali mengembangkan cinta dalam kehidupan berbagsa dan bernegara.
Manusia yang diberikan Tuhan untuk mewujudkan kedamaian,
persatuan dan kesejahteraan, dalam ikatan cinta. Tanpa cinta, tidak akan
terwujud apa yang diinginkan oleh para pembentuk dan pendiri-pendiri bangsa,
karena cinta itu yang mereka titipkan kepada kita sebagai generasi penerus,
seperti cinta kepada tanah air, cinta kepada bangsa, cinta kepada pemimpin,
cinta kepada sang pencipta, cinta sesama teman, cinta kepada orang yang berbeda
agama, beda suku, sehingga setiap konflik pasti bisa diselesaikan dalam cinta.
“Tanpa cinta konflik tidak akan bisa diselesaikan oleh
siapapun. Konflik tidak bisa diselesaikan dengan senjata, konflik tidak bisa
diselesaikan dengan birokrasi, otoritas apapun itu hanya bisa diselesaikan
dengan cinta,” ulas Albiner Sitopul.
Saya nekad menggunakan TIM dengan fasilitas yang serba minim
karena untuk gedung kita harus menjadi
klip on mencari alat-alat lain, moving, lighting, karena moving lighting itu
harus bermanfaat sehingga untuk alat dari luar dibawa ke dalam sementara sistem
komputer yang ada itu agak sulit untuk agak lama disesuaikan waktu itu proses
yang lama, apabila sistem lighting yang ada sudah ada tersedia di gedung
sehingga sistem komputer lebih cepat.
Sementara itu Tokoh Politisi Senior Partai Golkar yang juga
pembina dari dalam pementasan drama musikal, Akbar Tanjung mengatakan acara
tersebut untuk memperlihatkan kemajemukan sebagai bangsa.
“Walaupun punya latar belakang berbeda-beda, suku,
keturunan, agama, tapi semuanya bisa hidup harmonis dan itu diperlihatkan melalui
drama musikal ini. Ini bagus, khususnya dikaitkan dengan Sumpah Pemuda. Selain
itu drama ini juga untuk menyebarluaskan Sibolga sebagai tempat dan objek
parwisata yang harus diketahui masyarakat luas,” ulas Akbar Tanjung kepada Lrd
Viga 801 penulis dan jurnalis 8Globalita seusai acara pergelaran pentas drama
musikal Jambar Ni Parsubang di Teater Besar TIM Cikini Menteng Jakarta Pusat,
Selasa (27/10/2015).
Daerah Tapanuli Tengah Sibolga sebagaimana diketahui merupakan
daerah yang dekat dengan laut dan memiliki
sebuah kota “Barus”
yang sudah dikenal masyarakat luas sejak ribuan tahun yang lalu.
“Bahkan mungkin orang sudah datang ke daerah Barus itu sejak
zaman Firaun dan mungkin dengan datang ke Tapur Barus, nggak beda dengan ke
tempat wisata lainnya, Kota tersebut juga
memiliki budaya dan adat seperti dari Eropa, Arab, China,
sehingga tentu saja budaya daerah disitupun terpengaruh dengan budaya-budaya
negara tersebut,” ujar Akbar Tanjung.
Hal itu lah yang mungkin coba di digambarkan di dalam drama
muskal ini. Pesan buat kita, bagaimana kita menghormti keanekaragaman kita,
kemajemukan kita, walaupun ada perbedaan-perbedaan tapi kita harus mampu membangun
suatu kebersamaan dalam susana yang harmonis, itu tadi digambarkan di dalam
drama ini,” tambah Akbar Tanjung.
Menurut Akbar pentas drama musikal ini perlu diapresiasi.
Karena melibatkan warga Tapanuli Tengah dan organisasi masyarakat serta keluarga
besar masyarakat Tapanuli Tengah Sibolga. Karena drama tersebut didalamnya ada
sebuah ajakan untuk bisa hidup harmonis dan berdampingan sebagai satu kesatuan
yaitu sebagai bangsa Indonesia,
meskipun berbeda-beda.
“Diharapkan kedepannya dalam memperingati Sumpah Pemuda yang
akan datang, hal seperti ini bisa lebih dikembangkan, baik kreasi maupun
bentuknya, namun tetap dengan semangat Sumpah Pemuda. Mungkin skenarionya dalam
bentuk yang berbeda tetapi semangat Sumpah Pemuda tetap harus kita pertahankan,”
pungkas Akbar Tanjung. (8GlobaliTa – Lrd
Viga / Riri).
Follow beritanya di www.8globalita.com
link www.8globalita.blogspot.com
link @8globalita_801 link
@kk_viga link Facebook : Globalita Globalita.
Atau Kirimkan pesan anda ke email kami di : kk_viga@yahoo.co.id atau delapanglobalita@yahoo.co.id