Minggu 20 Desember 2015 || 21 : 19
WIB
Kategori :
Politik
Penulis : 801 / Riri
LPI Beri Catatan Politik Evaluasi Kinerja Pemerintahan Jokowi – JK
8GlobaliTa –
Jakarta, Menjelang
tutup tahun 2015, Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) memberikan sorotan dan
catatan politik dengan mengevaluasi secara kualitatif atas Kinerja pemerintahan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama tahun 2015.
Penilaian
tersebut disampaikan LPI dalam acara Diskusi Pers yang diselenggarakan di salah
satu hotel di kawasan Cikini, Jakarta,
Minggu (20/11/2015) dengan tema “Catatan Politik 2015”. Hadir dalam acara
tersebut sebagai narasumber yaitu Eko Sulistyo – Kantor Staf Kepresidenan
Deputi IV Bidang Komunikasi Politik, Don Bosco Salamun – Pemred Berita Satu TV,
Rosarita Niken Widiastuti – Direktur Utama LPP RRI, Sinyo Harry Sarundajang –
Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), J Osdar – Wartawan Senior Harian
Kompas, Fachri Ali – Lembaga Studi Pengembangan Etika, Ferdy Hasiman – Peneliti
LPI, dengan moderator Boni Hargens – Direktur LPI.
Menurut Direktur
Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens, Pemerintahan Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berjalan lebih dari setahun. Banyak
analisis dan survey dilakukan untuk mengukur kinerja pemerintah. LPI tidak
melakukan evaluasi kuantitatif seperti survey, tetapi hanya melakukan telaah
kualitatif untuk menyajikan secara objektif maju-mundur kinerja setiap kementerian
dalam tubuh pemerintahan.
Namun
demikian, kata Hargens tidak semua program dan aktivitas di kementerian
diangkat dalam sajian diskusi ini, hanya
beberapa program atau aktivitas yang dinilai representative untuk menilai
kinerja kementerian tersebut.
“Secara
umum, LPI menilai pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla telah berhasil
mewujudkan pembangunan di segala lini. Melihat kondisi selama tahun 2015, kami
melihat ada harapan dankeyakinan bahwa dalam tahun-tahun ke depan, pemerinthan
jauh lebih berhasil,” jelas Boni Hargens.
“Kita
sebagai civitas society wajib memberikan penilaian objektif secara hitam putih
maju mundurnya suatu pemerintahan demi kemajuan bangsa ke depan, dan itu
menurut saya sesuatu yang wajib dilakukan agar masyarakat melihat seperti apa
menteri-menteri Jokowi dalam melaksanakan pembangunan di tahun 2015, dan ini
untuk membantu presiden dalam menilai para menterinya, sehingga dapat
memutuskan mana yang perlu di evaluasi dan tidak,” kata Boni Hargens, kepada
8GlobaliTa dan Puteriputeri, selepas acara diskusi, Minggu (20/12/2015).
“Dan
diharapkan ini menjadi input bagi presiden, itu sebab kami mengundang Deputi Istana di acara ini, dan beliau sudah
menyakinkan saya, bahwa presiden akan baca ini,” tambah Hargens.
Dielaskan
Hargens, meski LPI tidak berpretensi mengukur keberhasilan atau kegagalan
setiap kementerian, tetapi hanya memberikan informasi yang dihimpun dan dari observasi
lapangan untuk mengetahui lebih mendalam dan detail bagaimana kinerja para
menteri selama tahun 2015. namun LPI menilai ada sejumlah menteri mempunyai
kinerja yang sukses. Mereka adalah Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum
dan perumahan Rakyat, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri PANRB, Menteri
Perhubungan, Sekretaris Kabinet, Menkominfo, Menko Kemaritiman, Menko
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Agraria, Menteri Lingkungan dan
Kehutanan, Menteri Sosial, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Tenaga Kerja,
Menteri Pariwisata, Panglima TNI dan Kapolri.
“Kementerian-kementerian
lain juga melakukan kemajuan, tetapi masih perlu peningkatan yang signifikan
dalam kinerja,” kata Hargens.
“Bahwa
dalam evalasi ini memang ada menteri yang gagal dan ada menteri yang sukses,
namun secara riil, selebihnya, kami tetap menyerahkan sepenuhnya kepada public
untuk menilainya, apakah menteri-menteri berhasil atau gagal dalam mewujudkan
program nawacita,” tambahnya.
“Presiden
juga perlu memberikan perhatian khusus terhadap mereka. Masalah di evaluasi dan
apakah nantinya diresufle atau diberi teguran, itu hak prerogative presiden,”
jelas Hargens.
Menurut
LPI, masih banyak menteri yang belum terlihat bekerja, seperti Sofyan Djalil.
Konsepnya lemah, kinerjanya apalagi tidak terlihat. Selain itu menteri Pertanian.
“Jokowi
mengkampanyekan ketahanan pangan, tapi ini menteri pertanian kita kok, malah
kita mau import, terus fluktuasi pertanian yang tidak jelas. Ini tanah Indonesia
subur, luas, kita kok tidak punya stabilitas, komoditas, ekonomi, gimana ini?
itu mau jadi apa pertanian kita,” kata Hargens dengan nada nampak kecewa.
“Kalau
punya platform cetak biru (blue print) nya mungkin kita lebih ada optimisme,
tapi ini dia tidak punya,” tambah Boni Hargens lagi.
Menurut
Hargens Jokowi perlu melakukan evaluasi kepada menteri-menteri yang tidak
berhasil dalam kinerjanya, hal ini perlu dilakukan dalam rangka reshufel kabinet
tutup tahun 2015 ini.
“Akan tetapi
hal itu terserah presiden saja, karena hak sepenuhnya adalah hak prerogative
presiden,” kata Hargens.
Disinggung
tentang Menteri Susi yang tidak dikemntari, Hargens mengaku, karena memang Susi
berhasil. “Saya kira saya tidak punya kritik apapun, karena saya kira menteri Susi
menjadi tulang punggung Jokowi,”.
Bahkan
dikatakan Hargens, jika mau disebut, hanya ada beberapa orang menteri yang
menjadi tulang punggung Jokowi, Selain Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi
Pudjiastuti, yaitu diantaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Sumber Daya, Rizal Ramli, Mendagri, Cahyo Kumolo, Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
“Ya hanya
itu. Kalau adalagi sejumlah orang-orang seperti mereka di dalam kabinet Pemerintahan
Jokowi ini, Pebangunan dan penyelamatan bangsa akan lebih cepat bergerak maju,”
tegas Boni Hargesn, menutup perbincangan.
Senada
dengan hal itu, tokoh nasional dan masyarakat serta pemerhati politik dan keselamatan
bangsa, H Azhari Boy Datuk R Mulie, yang juga anggota HMI angkatan 66,
mengatakan bahwa memang untuk bisa membangun negara dan bangsa ini agar maju
pesat dan cepat selamat dari krisis. Pemerintahan Jokowi memerlukan orang-orang
seperti, Menteri Susi Pudjiastuti dan Rizal Ramli.
“Perlu
dipilih lagi orang-orang seperti ini, duduk di kementerian, untuk bisa membantu
Jokowi, di ekonomi misalnya, bisa saja Ichsanuddin Noorsy, dia itu kan ahlinya
ekonomi, atau lainnya, yang memiliki kemampuan bukan sekedar teori tapi praktek
juga,” kata H Azhari Boy Datuk R Mulie yang juga pendiri Yayasan HAMKA. (8globaliTa – 801 / Riri