Selasa 22 Maret 2016 || 23 : 01 WIB
Kategori : Film
Penulis : Lrd Viga –
801/Ri2
Starvision Luncurkan Film Ala Beauty and The Beast
“Raksasa Dari Jogja”
8GlobaliTa – Jakarta,
Starvision meluncurkan Film Raksasa Dari Jogja. Sebuah film kisah cinta penu
liku ala Beauty and The Beast. Membaca judul Raksasa Dari Jogja selalu timbul
pertanyaan, film ini tentang apa koq ada raksasanya?. Mungkin ada benarnya
asumsi bahwa pasti ada karakter seperti Raksasa di film ini, dan karakter
Raksasa cenderung menjadi karakter dongeng yang berarti ‘ancaman atau bahagia’.
Tapi selayaknya The Beast yang buruk rupa dan menyeramkan, malah bisa mengisi
ruang kosong di hati Belle, si Beauty.
Film drama romantis ini diangkat dari novel best seller
karya Dwitasari. Dalam penulisan skenarionya, problematika cerita di kemas
secara lebih mendalam oleh Ben Sihombing. Ketika scenario sudah jadi, Monty
Tiwa sebagai sutradara meletakkan idiom yang menarik tentang mesin tik dan computer.
Dari sini kita menemukan jabatan antara klasik dan modern, kondisi vintage yang
indah dan menginspirasi.
“Film Raksasa Dari Jogja menjanjikan kisah klasik penuh
kekinian, tentang Bian (Yafi Tesa Sahara - Karina Salim) putri tunggal dari
politisi sukses kaya raya (Rey Sahetapy). Dari luar bian nampak seperti
Princess, padahal menyimpan kepedihan melihat ibunya yang hanya lulusan SMA
bertahan dari KDRT demi ‘kebahagiaan’ putri semata wayangnya. Kebahagian versi
seorang ibu yang ingin putrinya serba cukup materi, padahal menciptakan luka di
dalam sana,” ujar Chand Parwez Servia, Produser
Film Raksasa Dari Jogja, di acara peluncuran Film Raksasa Dari Jogja, di XXI
Epicentrum Kawasan Kuningan - Jakarta
(22/3/2016).
Untung Bian ketemu Letisha (Sakkila Hanifanisa - Adinda
Thomas) sahabat yang kuat, dan mengajak Bian belajar untuk kuat. Semua berubah
ketika Letisha berselingkuh dengan pacarnya Prass (Kiki Farel), ditambah lagi
Bian harus menghadapi tekanan dari ayahnya, yang memilihkan Bian perguruan tinggi
untuk kepentingan portofolionya. Bagi Bian semua yang ada di Jakarta ini sudah
cukup.walaupun sebuah peristiwa di halte Trans Jakarta saat berebutan naik bus,
Bian sempat tersentuh hatinya oleh kelembutan pria bertubuh Raksasa yang
menyelamatkan dengan elegan.
Bian akhirnya ke
Jogja dan tinggal dengan Bude (Dewi Irawan) dan putranya Kevin (Ridwan Ghany).
Sebagai sepupu, Kevin yang sudah punya pacar, Rinta (Sahila Hisyam) memberi
perhatian lebih ke Bian, dan sering bikin Rinta cemburu. Kisah Bian berubah
ketika dia bertemu kembali dengan Gabriel (Abrar Adrian) si Raksasa
penyelamatnya di Trans Jakarta.
Ternyata Gabriel ini terkenal di kampus Bian sebagai biang
onar, dan di panggil monster dari Jogja. Padahal, Gabriel sosok penuh
kepedulian yang bersiap untuk kuliah S2 di Endinburgh, Scotlandia adalah, ‘Blasteran
Genderuwo dan Sinterklas’, ungkap Mas Angkola (Dwi Sasono), bos Gabriel yang
eksentrik di Harian Bentara Indonesia.
Raksasa Dari Jogja bukan kisah cinta biasa yang sekedar
unyu-unyu, ada permasalahan dan konflik yang mendalam. Bagaimana lapis demi
lapis kehidupan Bian harus dikupasnya menuju kedewasaan. Bagaimana Bian belajar
untuk berani dan tidak lari lagi. Raksasa Dari Jogja mengajarkan cinta sejati
adalah energi yang membuat pelaku-pelakunya tumbuh dan menjadi lebih baik,
tidak sekedar mengajak hati kita berkelana ke wilayah romantisme yang
menghangatkan hati, tapi sejuk memberi kesegaran jiwa melalui aura positif,
hingga pada akhirnya Bian memutuskan kembali untuk ke Jakarta.
Bagi saya, Raksasa Dari Jogja adalah pencapaian terbaik dari
Monthy Tiwa setelah test Pack. Monthy apik mendeliver pergulatan bathin
yang begitu berat dengan pendekatan yang
santai, lebih banyak mengajak kita untuk senyum dan tawa, dari pada mengerutkan
kening. Salut atas karya novel Dwitasari, scenario Ben Sihombing, dan sentuhan
apik editing Cesa David Luckmansyah.
Sebuah lagu mahakarya ciptaan Arda yang dinyanyikanArda
“NAFF” dan Tantri “KOTAK” berjudul “Pelabuhan Terakhir” seakan diciptakan dan
menunggu film ini, pas untuk menebalkan mood Raksasa Dari Jogja.
Secara khusus Monthy Tiwa bersama Putri Hermansjah juga
membuatkan video klip lagu tentang komitmen cinta ini. Musik yang dikerjakan
oleh Ganden Bramanto berhasil mengisi pergerakan emosi yang naik turun dan
kadang liar, kadang menyentuh dan penuh keharuan.
Menyutradarai film yang diadaptasi dari sebuah novel adalah
sesuatu hal yang sedang “booming” di industri perfilman tanah air.
Sedikit orang yang menyadari tingkat kesulitan yang ada
dalam menjalankan hal ini. Pertama, kita sudah mendapatkan lawan yang tangguh
dalam bentuk ekspektasi para pembaca novelnya. Kedua adalah bagaimana kita
sebagai pembuat film harus bisa menggali sesuatu yang lebih. Sesuatu yang “ada”
namun sekaligus “tidak ada” di novel tersebut.
“Raksasa Dari Jogja adalah karya terbaru saya bersama
Starvision. Di tangan dingin seorang produser seperti Bapak Chand Parwez dan
penulis handal seperti Ben Sihombing, saya hampir tidak menemukan kesulitan
dalam menjawab dua tantangan diatas tersebut,” ujar Sutradara Monthy Tiwa
“Sebuah cerita manis ciptaan novelis muda berbakat,
Dwitasari telah berhasil kami terjemahkan ke dalam bahasa film yang, menurut
saya, akan dapat memberikan sesuatu yang baru kepada pembaca novelnya dan
kepada calon penonton kami yang belum pernah baca novel tersebut. Dengan bangga
kami mempersembahakn karya ini kepada penonton film tanah air. Semoga bisa
menghibur dan berkesan di hati para penikmatnya,” tambah Monthy.
“Raksasa Dari Jogja adalah debut pertama saya dalam dunia
penulisan novel. Novel ini saya tulis saat saya berumur 16 tahun,
ditengah-tengah padatnya sktivitas menjelang UN, tes masuk SNMPTN, dan tes
masuk SIMAK UI. Novel ini tidak akan lahir tanpa campur tangan pihak Plotpoint
yaitu Gina S. Noer, Mba Amelia Oktavia, Mbak Fitri, Mas Salma Aristo, dan Mas
Arif yang merupakan editor novel ini. para tokoh inspriratif tersebut
mengenalkan saya dengan penulisan novel melalui beasiswa yang Plotpoint berikan
pada saya. Beasiswa yang saya tekuni adalah beasiswa penulisan novel dasar
bersama Clara Ng,” tutur Penulis Novel, Dwitasari. (8globalita
– Lrd Viga 801/Ri2).
Synopsis
Bian (Karina Salim), seperti punya segalanya. Wajah cantik,
rumah elit di Jakarta
dan pacar yang tampan. Realitanya, sungguh berbeda. Sejak kecil, Bian selalu
hidup dalam ketakutan. Sang Papa (Ray Sahetapy) yang dikenal orang sebagai
seorang politikus terhormat, sering melakukan KDRT terhadap Mama (Unique
Priscilla).
Bian memergoki pacarnya, Pras (Kiki Farel), berselingkuh
dengan Letisha (Adinda Thomas), sahabat Bian sejak kecil. Bian memutuskan pergi
meninggalkan rumah, dan kuliah di Jogja.
Bian yang tinggal di rumah Bude (Dewi Irawan) bersama Kevin
(Ridwan Ghany) sepupunya, berubah jadi gadis pendiam dan selalu menutup diri.
Dia selalu menolak ketika Rinta (Sahila Hisyam) pacar Kevin bermaksud untuk
mengenalkan Bian dengan teman-teman cowoknya.
Hingga Bian bertemu dengan seorang pemuda bertubuh raksasa
bernama Gabriel (Abrar Adrian) di sudut sepi kampusnya. Bian mengenali Gabriel
yang pernah menolongnya di Trans Jakarta. Pertemuan berkesan ini membuat Bian
minta informasi dari teman kuliahnya, Vanessa (Stella Conelia).
Pertolongan Vanessa membuat Bian tahu kalau Gabriel juga
bekerja sebagai jurnalis surat
kabar. Setelah selesai membaca artikel demi artikel yang ditulis Gabriel, Bian
jadi semakin kagum dan jatuh hati .
Sementara Gabriel sebenarnya sedang berusaha mengejar
mimpinya melanjutkan kuliah S2 di Eropa. Dengan bantuan Mas Angkola (Dwi
Sasono), jenius eksentrik yang juga pemilik surat kabar tempatnya bekerja, akhirnya
Gabriel mendapatkan beasiswa. Jatuh cinta adalah hal terakir dalam pikirannya,
tapi takdir berkata lain. Ketulusan dan kelembutan hati Bian, membuat Gabriel
yang sering di panggil monster dari Jogja membuka hatinya.
Tapi trauma masa lalu Bian membuatnya sering salah paham
dengan tindakan-tindakan Gabriel.
Puncaknya ketika Kevin berbekal rekaman video handphone,
menuduh Gabriel sebagai tukang main perempuan seperti Papa, tepat di saat
datang kabar kalau Mama masuk rumah sakit karena Papa. Luka masa lalu Bian pun
kembali terbuka. Apakah Bian akan memperjuangkan cinta mereka, atau
membiarkannya sirna dan hilang begitu saja?.
Segera tonton filmnya di bioskop di seluruh tanah air, tayang
mulai 31 Maret 2016
Follow beritanya di www.8globalita.com
link www.8globalita.blogspot.com
link @8globalita_801 link
@kk_viga link Facebook : Globalita Globalita.
Kirimkan pesan anda ke email kami di : kk_viga@yahoo.co.id atau delapanglobalita@yahoo.co.id