Kamis 24 November 2016 || 20 : 33 WIB
Kategori : Event
Penulis : Lrd Viga 801 / Riri
Kolombia Festival Film 2016 Digelar Di Jakarta
8GlobaliTa – Jakarta,
Kolombia bersama CGV Blitz bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kolombia untuk
Indonesia, menggelar event Kolombia Festival Film 2016, yang diselengggarakan
mulai 2 – 4 Desember 2016. Bertempat di CGV Blitz Grand Indonesia Jl. MH
Thamrin Jakarta. Demikian disampaikan Ms Claudia Loves yang didampingi Mr Jose
Salazar, dihadapan sejumlah awak media, di acara press conference Kolombia
Festival Film 2016, di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Kolombia saat ini merupakan salah satu
atraksi budaya utama di Amerika Latin dalam hal pembuatan proyek film, terutama
di Bidang produksi, penyutradaraan dan telah menjadi Negara kedua dengan
keragaman biologis paling tinggi di dunia, menjadikannya lokasi pengambilan
gambar yang sempurna dalam pembuatan film
Berkat disetujuinya Undang-Undang
Pertunjukan Publik dan Undang-Undang Perfilman Kolombia, industri sinematografi
senantiasa di perkuat di Negara tersebut, dan saat ini memungkinkan
pengembalian modal prosedur dalam negeri dan luar negeri hingga 40% dari
investasi dalam pembiayaan film, dan 20% pembiayaan logistic, mendorong dan
memperkuat pembuatan film di negeri ini.
Untuk alasan itu, dan dengan dukungan
pada talenta-talenta Kolombia, Kedutaan Besar Kolombia di Indonesia
mempersembahkan untuk pertama kalinya di Jakarta,
Festival Film Kolombia 2016, dengan diputarkannya lima film dan documenter.
“Kedutaan Besar Kolombia di Indonesia,
yang berkeinginan untuk mempromosikan produksi kebudayaan dari Negara kami,
mengundang Anda sekalian untuk menikmati persembahan ini yang didukung dan
mendapat pengakuan dari Academy Awards, Festival Film San Sebastian, Festival
Film Mar del Plata, Festival Havana, Festival Lima, Platinum Awards, Fenix
Awards dan Yayasan Film Amerika Latin dan masih banyak lagi,” ujar Ms Claudia
Lopez.
Beberapa film kolombia yang masuk
nominasi dalam Colombian Film Festival 2016 ini adalah Embrace of The Serpent,
sebuah film karya sutradara Ciro Guerra, dengan durasi 123 menit, menceritakan
tentang kisah yang menghadirkan dua kisah yang terjadi antara tahun 1909 dan
1940 ketika terjadi ‘boom’ karet di hutan Amazon Kolombia. Karamate, seorang
dukun Amazon sekaligus penyintas terakhir di sukunya, kehilangan memori dan
hidup sebatang kara. Kedatangan seorang warga Amerika bernama Richard Evans dan
pencarian atas “yakruna” (sebuah piring keramat yang bisa mengajari orang untuk
bermimpi), menjadi petualangan bagi keduanya. Selama perjalanan mengarungi
jantung hutan, masa lalu, masa kini dan masa depan keduanya mengalami
kebingungan saat ingatan Karamate mulai kembali pulih.
Colombia Wild Magic, sebuah film karya
sutradara Mike Slee yang diproduksi Grupo Exito ini merupakan film documenter,
dengan durasi 90 menit, merupakan sebuah perjalanan sinematografis yang
ditujukan untuk menampilkan kekayaan keanekaragaman hayati Kolombia yang belum
pernah dieksplorasi sebelumnya. Sekelompok pembuat film yang diundng oleh Grupo
Exito mendatangi 85 lokasi dan 20 ekosistem, dengan peralatan berteknologi
mutakhir, untuk mengisahkan sejara dari negeri istimewa ini melalui
keanekaragaman hayati dan lokasi geografisnya.
Film Colombia Wild Magic ini bercerita
90 menit penyelamatan ke kedalaman Samudera Fasifik, di Pulau Malpelo,
lahan-lahan terlantar dan dikelilingi oleh kekayaan alam, Amazon, los Llanos
Orientales dan Kepulauan Providencia dan sebagainya, penuh dengan warna dan
menghidupkan layar dengan pemandangan dan spesies dari Taman Nasional.
Kepiting, Beruang Sloth, Tamarin berkepala kapas, Buaya Orinoco, Arawana,
Jaguar, Kupu-kupu Morpho, Burung Kolibri, dan sebagainya yang akan mengejutkan
penonton.
The Wind Journeys, sebuah film yang
diproduksi tahun 2009, karya sutradara Ciro Guerra, dan mendapat penghargaan
terpilih dalam Festival Cannes untuk berpartisipasi dalam kategori Un Certain
regard. Siapapun yang pernah membaca karya Gabriel Garcia Marquez akan
mengenali dalam sejarah The Wind Journeys, realisme magis dari sebuah narasi.
Film ini berkisah tentang Ignacio Carrillo, seorang musisi Vallenato dari
Majagual (Sucre),
yang di hampir seluruh hidupnya menempuh perjalanan ke desa-desa di utara
Kolombia, memainkan lagu-lagu tradisional dengan akordeon miliknya, sebuah alat
musik yang disebut-sebut milik setan.
Seiring berjalannya waktu, ia menikah
dan menetap di sebuah kota
kecil, meninggalkan kehidupan namadennya. Tapi setelah kematian mendadak sang
istri, ia memutuskan untuk tak lagi memainkan akordeon dan ia memulai pada
sebuah perjalanan terakhir untuk mengembalikan instrument itu pada pemiliknya
yang sah.
Dalam perjalanan, Ignacio diikuti oleh
Fermin, seorang remaja penuh semangat yang memutuskan untuk menjadi muridnya.
Lelah dengan kesunyian, Ignacio menerima anak muda itu menjadi muridnya dan
bersama-sama mereka melintasi luasnya Kolombia Karibia, penemuan keberagaman
musical dari kebudayaan Karibia.
Of Love And Other Demons, diproduksi
tahun 2009, karya sutradara Hilda idalgo, merupakan film yang diangkat dari kisah
nyata berdasarkan novel karya penulis dan peraih nobel sastra Gabriel Garcia
Marquez, dan difilmkan dengan durasi 95 menit, di Cartagena de Indias
(Kolombia). Kisah ini mengambil setting periode colonial Kolombia, masih dengan
pengaruh kuat Holy Inquisition dan perbudakan di masa berkuasanya Kerajaan
Spanyol. Sierva Maria, putrid Marquises, 13 tahun dan dibesarkan oleh budak
Afrika, ingin tahu bagaimana rasanya sebuah ciuman. Tapi, ketika seekor anjing
menggigitnya, sang uskup percaya bahwa gadis itu telah kerasukan dan
diperintahkannya seorang pastor muda untuk mengusir setan yang ada padanya,
tanpa mengetahui bahwa akan tergoda oleh setan yang lebih kuat dari iman dan
nalar.
Film ini mendapat penghargaan dari
Pengembangan feature films. Film Development Fund Stimulus of co-production
IBERMEDIA Program Yayasan Film Amerika Latin Baru.
Gabo : The Creation of Gabriel Garcia
Marquez. Sebuah film yang diproduksi tahun 2015 oleh Kate Horne ini merupakan
film documenter berdurasi 90 menit, karya sutradara Justin Webste. Film ini
mengisahkan sosok Gabriel Garcia Marquez, peraih nobel sastra tahun 1982 dan
seorang pengarang sebuah masterpiece yang diakui berjudul Seratus Tahun
Kesunyian. di dunia ia dikenal luas dengan sapaan “Gabo”, pernah menjadi
jurnalis, koresponden di Paris, Cile,
Angola dan
beberapa Negara di bawah Uni Soviet. Ia turut berpartisipasi dalam perjuangan
politik tahun 1970-an dan 1980-an, melalui jurnalismenya yang militant dan
pertemuannya dengan para pemimpin politik seperti Fidel Castro dan kemudian
Bill Clinton.
Ia senantiasa berganti-ganti ruang
redaksi sejalan dengan kecenderungan politiknya, sala satu proyek
kontroversialnya pada masa itu adalah pembuatan Majalah Alternatif yang
melibatkan sejumlah pimpinan penting gerakan kiri Kolombia, pada suatu masa
ketika negeri itu media umumnya bersifat resmi.
Lebih dari itu, Gabo juga diakui atas
usahanya yang tiada henti dalam partisipasi bijaksana di semua proses
perdamaian yang berlangsung selama 30 tahun di Kolombia, di bawah kondisi di
mana perannya sebagai perantara, penjamin atau utusan, dilakukan secara sangat
rahasia. Ini dan aspek lain dari pria yang menjadikan “realisme magis” sebuah
genre sastra baru, dikisahkan oleh orang-orang yang bangga karena pernah
mengenalnya. (8globaliTa – Lrd Viga-801/Riri).
Follow beritanya di www.8globalita.com
link www.8globalita.blogspot.com
link @8globalita_801 link
@kk_viga link Facebook : Globalita Globalita.





