Kamis 3 November 2016 || 20 : 05
WIB
Kategori :
SeniBudaya
Penulis : Lrd Viga 801 / Riri
Opera
Kecoa Tampilan Potret Masa Lalu Dan Masa Kini
8GlobaliTa –
Jakarta,
Menyusul kesuksesannya dalam pagelaran Semar Gugat pada bulan Maret lalu,
Teater Koma, didukung Bakti Budaya Djarum Foundation kembali mempersembahkan
lakon berjudul “Opera Kecoa”. Sebuah opera yang menampilkan kritik social
tentang potret masa lalu dan masa kini, produksi Teater Koma ke-146 yang siap dipentaskan
di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jl. Raya Cikini Menteng
Jakarta Pusat, mulai tanggal 10 hingga 20 November 2016.
“Teater
Koma adalah salah satu teater yang masih aktif menghasilkan karya-karya seni
pertunjukan hingga saat ini. Dengan kemampuan dalam mengemas seni pertunjukan
yang ditampilkan di atas panggung. Teater Koma selalu menghadirkan sajian yang
menarik dan menghibur. Konsistensi yang dihasilkan telah menginspirasi para
seniman muda Indonesia
untuk senantiasa berkarya dan berkreasi. Kami akan senantiasa mendukung dan
memberikan apresiasi sebagai upaya melestarikan dan meningkatkan kecintaan
masyarakat terhadap seni pertunjukan Indonesia,” ujar Renitasari Adrian,
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, yang disampaikan melalui
perwakilannya, Adi Tardianto, dalam acara press conference pertunjukkan Opera
Kecoa, di sekretariat Teater Koma, kawasan Bintaro, Kamis (3/11/2016) .
Selain
mendukung pertunjukan, Bakti Budaya Djarum Foundation juga berpartisipasi dalam
program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan
untuk mengajak 200 pekerja seni teater, guru, dan mahasiswa di Jakarta untuk
menonton pertujukan Teater Koma.
Program ini
diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum
pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan
referensi mengenai sajian artistic serta konsep dramaturgi yang detil dari
karya Teater Koma.
Opera Kecoa
berkisah tentang orang-orang kecil yang menghadapi kenyataan keras. Perjuangan
seorang bandit kelas teri, Roima yang sedang berada dipersimpangan jalan. Dia
tertarik kepada Tuminah, seorang pekerja Seks Komersial, meski sudah punya
pacar, Julini si waria.
Ketiga
orang ini dan tokoh-tokoh lainnya melakoni perjuangan hidup yang hanya punya dua
resiko, jadi ada atau tersingkir. Nasib jarang memihak mereka. Tempat mereka
seperti sudah digariskan, gorong-gorong di dalam got, di kolong jembatan, di
kawasan kumuh yang jorok, yang gelap dan berbau busuk.
Uniknya,
ketika ada kawasan tempat tinggal orang-orang kecil di makan api, selalu timbul
dua pertanyaan, terbakar? Atau di bakar? Tak ada yang bisa menjawab. Semua
gelap. Seperti masa depan mereka.
“Lakon
Opera Kecoa kembali kami hadirkan di Graha Bhakti Budaya. Berkisah tentang
perjuangan kaum minoritas yang hidup menderita, berhimpit-himpit dalam lorong
gelap di balik kemegahan gedung tinggi, mencari keadilan dari para pemimpin.
Pertunjukan sarat makna ini, kami tampilkan dalam bentuk nyanyian dan gerak
khas Teater Koma. Setelah 31 tahun semenjak pentas pertama, ternyata lakon ini
masih menjadi potret keadaan masa kini. Semoga penonton dapat mengambil pesan
moral yang berusaha kami sampaikan dalam lakon ini,” tutur Nano Riantiarno,
Penulis naskah dan sutradara Teater Koma.
Lakon karya
Nano Riantiarno ini pertama kali di pentaskan Teater Koma pada tahun 1985, 31
tahun lalu di Graha Bhakti Budaya. Pada tahun 1990, lakon ini dilarang pentas
di Gedung Kesenian Jakarta dan tidak diberi ijin pentas keliling ke Jepang.
Kemudian di tahun 1992, dipentaskan dengan judul “Cockroach Opera” oleh Belvair
Theatre di Sydney, Australia.
Akhirnya,
lakon ini dipentaskan lagi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 2003, 13 tahun
setelah pelarangannya. Kini, di tahun 2016, Teater Koma memanggungkan lagi
lakon ini di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, tempat lakon ini
pertama kali dipentaskan.
Pementasan
Opera Kecoa tahun 2016 ini didukung oleh Ratna Riantiarno, Budi Ros, Rita Matu
Mona, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah, Daisy Lantang, Sri Yatun, Ratna Ully, Raheli
Dharmawan, Julius Buyung, Ina Kaka, Ledi Yoga, Dodi Gustaman, Sir Ilham Jambak,
Bangkit Sanjaya, Rangga Riantiarno, Adri Prasetyo, Tuti Hartati, Bayu Dharmawan
Saleh, Didi Hasyim, dan Joind Bayuwinanda.
Lirik-lirik
gubahan N. Riantiarno siap diiringi oleh
komposisi musik almarhum Harry Roesli dengan aransemen garapan Fero Aldiansyah
Stefanus, tata gerak garapan Ratna Ully serta bimbingan vocal Naomi Lumban
Gaol.
Penataan
busana oleh Alex Fatahillah, tata artistic dan tata cahaya panggung digarap
oleh Taufan S. Candranegara, didukung oleh Pimpinan Panggung Sari Madjid,
pengarah tehnik Tinton Prianggoro serta Pimpinan Produksi Ratna Riantiarno, di
bawah arahan Co- sutradara Ohan Adiputra dan Sutradara Nano Riantiarno.
Opera
Kecoa, produksi ke-146 Teater Koma ini, siap dipentaskan di Graha Bhakti
Budaya, Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, setiap hari, selama 11
hari, mulai dari tanggal 10 – 20 November 2016, Pukul 19.30 WIB. Kecuali hari
Minggu, pukul 13.30 WIB.
Jangan
lewatkan pertunjukkan Opera Kecoa Produksi Teater Koma, yang sarat akan makna
hidup, seni – budaya – social. Dapatkan
tiketnya sekarang juga di : 021-7359540 atau 021-7350460 dan 0821 2277 7709
atau melalui www.teaterkoma.org dan www.blibli.com
Tiket masuk
Weekend (Jumat-Sabtu-Minggu) seharga Rp.400,000 | Rp.325.000 | Rp.250.000 | Rp
150.000 atau untuk Weekday (Selasa-Rabu-Kamis) dengan harga Rp.300.000 | Rp.225.000
| Rp.150.000 | Rp.100.000,- dan (Senin Nomat) dengan Discount 20%. (8globaliTa – Lrd Viga-801/Riri).
Follow beritanya di www.8globalita.com link www.8globalita.blogspot.com
link @8globalita_801 link
@kk_viga link Facebook : Globalita Globalita.







