Rabu 6 Mei
2015 || 20 : 20 WIB
Kategori
: LifeStyle
Penulis : Lrd Lita Musa
Menjelajah Dunia Lewat Hair Trend Makarizo Fuzione
8GlobaliTa – Jakarta, Sebagai
brand profesional yang memimpin pasar Asia,
Makarizo tak hentinya membuat inovasi dalam menciptakan tren rambut. Makarizo
meluncurkan kreasi rambut terbaru yang inovatif terinspirasi dari perpaduan
kebudayaan dan waktu yang berbeda-beda. Ragam perpaduan budaya dan waktu
terlihat dari makanan, gaya
hidup, mode dan sebagainya yang beberapa tahun belakangan ini semakin populer.
Dengan biaya traveling yang saat ini semakin terjangkau, masyarakat dari
berbagai latar belakang memiliki akses yang sama untuk berwisata sehingga dapat
merasakan dan melihat langsung kebudayaan lain beserta sejarahnya. Dari inspirasi
inilah Makarizo meluncurkan tren rambut yang brjudul Fuzione.
“Makarizo
selalu berupaya memahami yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen. Hasil riset
Makarizo mengungkapkan aspirasi utama konsumen saat ini adalah traveling dan
kecenderungan masyarakat untuk traveling menjadi inspirasi besar dalam
kehidupan sehari-hari. atas dasar inilah Makarizo meluncurkan tren rambut
2015/2016, Fuzione, yang artinya fusion atau perpaduan dari kekayaan budaya
mancanegara dengan era tertentu yang kita temukan saat traveling,” papar Syah
Fitrisally, Strategic Marketing Manager Profesional PT Akasha Wira
International Tbk, pada acara peluncuran tren rambut Makarizo 2015/2016
‘Fuzione’ di Ecopark Ancol Jakarta, Rabu (6/5/2015).
“Fuzione
mencerminkan perpaduan kekayaan budaya dan era dari empat benua, mulai dari
Eropa, Afrika, Amerika dan Asia. Dalam hair
Show hari ini bisa disaksikan 8 koleksi spring/summer dan cuplikan 8 koleksi
Fall/Winter yang akan dirilis September 2015 mendatang,” lanjutnya.
Tim
artistik Makarizo menampilkan 16 look kreatif dengan tampilan Pret-a-Porter
yang dapat dipakai sehari-hari dan Haute Couture yang dramatis. Wong Inte,
Indonesia Marketing Manager Profesional PT Akasha Wira International Tbk
menambahkan, “Tren rambut Makarizo menginspirasi hairdresser untuk memberikan
sevis baru kepada klien, baik berupa straightening, perming maupun coloring.
Untuk coloring, Makarizo Concept Ultimax kini memiliki 10 shade baru yang sudah
ditunggu-tunggu. Untuk treatment, sudah ada service baru dengan menggunakan Makarizo
Honey Dew Repair Mask yang mampu menjaga rambut tetap elastis, sehat dan
berliku walaupun mengalami straightening, perming maupun coloring”.
Tim
Artistik Makarizo dengan Lina sebagai Head of Education berkolaborasi dengan
Makarizo International Trainer Yovan Liew dari Malaysia yang berbagi keahlianna
dalam cutting dan coloring serta dengan Color Expert Indonesia Michael Helmy
sebagai penasehat teknis dalam coloring. Di akhir show, Tim Artistik Makarizo
Hendry, Jay, Heru dan Iwan seta top hairstylist Willy Wahyudi menampilkan
interpretasi dari tren rambut Makarizo 2015/2016.
Ada
8 koleksi tren rambut Makarizo menjadi tren Spring / Summer 2015 dari 4 benua
yaitu Eropa, Afrika, Amerika dan Asia.
Benua
Eropa menampilkan tren Shinglelish, yaitu nama dari perpaduan Shingle English
Rose, Flapper Shingle dipopulerkan pada era 1920-an. Ciri khas potongan rambut
Bob dipadukan dengan kecantikan English Rose dan rambut keriting yang
membingkai wajah, menghadirkan tampilan yang disebut sebagai Shinglelish.
Perempuan
Inggris di masa lalu sangat menggemari rambut keriting panjang membingkai wajah
yang menutupi sisi wajah dan leher mereka. Perempuan Inggris sangat identik
dengan wajah berwarna pucat yang kerap dianggap sebagai sebuah lambang elegansi
perempuan Inggris. Sementara itu di era 1920an, potongan rambut pendek khas
bernama “shingle” dipopulerkan oleh seorang penata rambut Poladia, Monsier
Antoine. Kemiripannya dengan shingles pada atap yang miring, membuat model
rambut Shingle melesat dengan cepat menjadi sebuah hit di antara penduduk kota New York.
Model
rambut ini adalah sebuah potongan rambut bob yang khas dengan sisi belakang
yang sangat pendek membentuk huruf V. Shingle bob yang dipadukan dengan rambut
keriting bervolume menggambarkan sisi manis dan juga kharisma seorang
perempuan.
Kombinasi
dari kedua gaya
rambut tersebut, Shinglelish sebagai tampilan Pret-a-Porter menonjolkan sisi
feminim dari English Rose dan elegansi Shingle.
Model
rambut Afrika – Afroque. Afroque diambil dari perpaduan Afrika dan periode
Baroque. Model rambut di Afrika bagian selatan umumnya dipengaruhi oleh penutup
kepala (head-tie) yang berukuran besar dan kaku. Periode yang mempengaruhi
tampilan Afroque adalah periode Baroque dengan tatanan rambut bouffant (sasak)
yang besar. Keduanya disatukan untuk menciptakan tampilan Afroque.
Pada
awal mulanya, wanita Afrika memakai head-tie dengan mengikat ujung-ujung
selembar kain pada puncak kepala mereka bagai seorang ratu yang mengenakan
mahkota – ini adalah simbol kecantikan dan keeleganan bagi mereka. Di Afrika
Barat dan Selatan, head-tie berfungsi sebagai fashion item, memancarkan seni
dari kecantikan perempuan Afrika. Sementara itu, sejarah mencatat Baroque
sebagai salah satu periode yang penuh dengan gaya-gaya artistik dari abad ke-17
hingga 18. pada era ini, sebuah model rambut baru tengah beredar, menampilkan
tatanan rambut keriting yang ditata sangat tinggi. Model rambut ini kemudian
dikenal sebagai Fontange yang diambil dari nama salah seorang perancang topi di
zaman Baroque, Fontange’a la Sultane.
Namun,
tanpa tatanan keriting, Afroque mengubah rambut lurus nan halus menjadi
keopak-kelopak pita besar dengan kompleksitas turban Afrika yang menjulang di
atas kepala seperti tatanan rambut bouffant zaman Baroque, menawarkan sebuah
tampilan Houte Couture yang chic dan elegan.
Amerika
dengan ala tambut Navie.
Istilah
Navie diambil dari nama suku asli Amerika yang terbesar yaitu Navajo dan juga gaya khas tahun 1970an,
Hippie. Menonjolkan kecantikan alami dari Wanita Indian Penduduk Asli Amerika
Navajo, tampilan ini menampilkan ombre’ dengan akar rambut berwarna gelap yang
semakin ke ujung rambut berwarna semakin terang untuk menyesuaikan gaya seru Hippie tahun
1970an. Tanpa melupakan ikat kepala yang simbolis, sebagian rambut dikepang dan
dijadikan ikat kepala yang menawan seperti Hippie Pocahontas. Navie adalah
pilihan yang tepat bagi mereka yang ingin mendapatkan tampilan Pret-a-Porter
yang simpel sekaligus unik.
Suku
Navajo biasanya memiliki rambut yang panjang, bergelombang dan bervolume.
Sebagian masyarakat Navajo memotong rambut panjang mereka, tetapi sebagian
masih menjunjung tinggi adat istiadat. Di satu sisi, 1970an merupakan sebuah
era bagi anak muda Hippie yang berjiwa bebas. Tren rambut di kala itu adalah
rambut panjang dengan belahan di tengah. Tren tersebut memiliki sebuah ciri
khas yaitu rambut keriting yang tegas dengan bandana di dahi.
Navie
berhasil menangkap esensi dari suku pribumi dan jiwa bebas Bohemian hippie.
Navie adalah pilihan yang tepat bagi mereka yang ingin mendapatkan tampilan
Pret-a-Porter yang simpel sekaligus unik.
Amerika
dengan ala rambut Bracasilly.
Bracazilly
adalah perpaduan Brazilian Carnavale dengan era 1950an yang tampak ‘hidup’
dalam Rock and Roll. Tren rambut ini menampilkan kreativitas dari segi gaya rambut, kostum, dan
tata rias serta mempengaruhi dan menggambarkan kesombongan masa muda.
Sebagai
salah satu atraksi utama Brazil,
Carnavale penuh dengan atribut meriah seperti kostum berhiaskan bulu-bulu
panjang. Atribut ini akan dikombinasikan dengan gaya Rockabilly yang trensi. Meliputi gaya vintage Rock and
Roll dan Elvis Presley – Rockabilly meninggalkan kesan tidak asing bahkan pada
mereka yang kurang mengerti musik. Rockabilly sebenarnya adalah singkatan dari
‘rock’ dari rock and roll dan ‘hillibilly’ atau musik country, mengilustrasikan
persatuan dari kedua jenis musik. Sorotan utama dari gaya rambut di era ini adalah rambut keriting
pendek atau rambut yang lebih panjang dengan poni lurus bervolume (meniru model
populer Bettie Page) untuk wanita dan rambut yang diberi minyak dan disisir ke
belakang bagi pria.
Keceriaan
Brazilian Carnavale serta kesan klasik dan funky dari Rockabilly disatukan
dalam gaya
rambut Haute Couture Bracazilly. Poni yang panjang diberi volume seperti poni
Bettie Page, sedangkan sisa rambut dibiarkan lurus namun diberi tambahan
ornamen yang menyerupai kostum Brazilian Carnavale.
Harabuki
gaya rambut ala Asia.
Harabuki
menyatukan gaya
populer Harajuku dari Jepang dengan elegansi Kabuki, teater tradisional Jepang.
Keduanya memiliki keindahan yang unik namun saling berlawanan. Harajuku menawarkan street fashion ceria yang
‘memberontak’ dari gaya
pakaian tradisional Jepang, sedangkan Kabuki memberi kesan artistik tersendiri.
Sebagai
pusat dari generasi muda Jepang yang fashion-forward, Harajuku memiliki
reputasi tersendiri. Dimulai dari tahun 1960an, fashion unik subkultur ini
menarik perhatian dari berbagai high-end fashion brand barat di area tersebut,
membuat Harajuku menjadi salah satu pusat fashion dunia. Kabuki, di lain pihak,
merupakan perpaduan unik dari seni peran, nyanyian dan tarian. Elemen-elemen
yang unik dari Kabuki sering dianggap aneh dan justru membuat seni teater ini
menjadi simbol kebudayaan klasik Jepang.
Dengan
menyatukan kecantikan abadi rambut hitam panjang pada Kabuki dan warna-warna
menyala serta potongan asimetris yang melambangkan gaya Harajuku yang eksentrik, lahirlah
tampilan Pret-a-Porter HARABUKI.
Tren
Rambut Wushi-Mo ala Asia
Wushi-Mo
adalah singkatan dari Wushi yang merupakan bahasa Cina dari Barongsai dan Mo
yang diambil dari kata “Modern”. Tampilan ini mempersembahkan kecantikan dari
boneka Cina dengan komponen-komponen dari masa lalu dan masa kini negara Cina.
Dengan teknik blunt cut yang rapi rambut pun dibentuk agar ujung rambut terangkat
dan bervolume, menyerupai China Pavillion yang memiliki siluet seperti
piramida. Bercermin dari gradasi rambut merah Barongsai, gaya rambut Pret-a-Porter Wushi-Mo
menciptakan kembali tampilan ini dengan tampilan dua warna.
Barongsai
adalah pertunjukkan jalanan yang dipercaya dapat membawa keberuntungan. Sebagai
bagian dari tradisi Tahun Baru Cina, tarian ini dipertontonkan tidak hanya di
Cina, melainkan juga dibagian dunia lainnya khususnya di Asia Tenggara.
Diiringi harmonisasi dari genderang cymbals dan juga gong, sang singa yang
berwarna cerah memamerkan gerakan anggunnya. Sebagai negara yang kini lebih
terbuka pada dunia, salah satu langkah Cina agar lebih maju adalah melalui
arsitektur yang artistik. Tanpa meninggalkan sentuhan tradisional dari ornamen
Cina, gedung-gedung modern dengan standar kelas dunia pun dibuat. Sebuah
bangunan megah berwarna Cina yang mencerminkan semangat dari rakyat Cina
bernama China Pavillion dibangun dan diperkenalkan pada Shanghai Expo 2010.
bangunan ini terdiri dari empat pilar dengan enam lantai yang mengecil ke bawah
dari lantai tertingginya.
Terinspirasi
dari keberanian sang singa dan kesan modernitas yang klasik dari arsitektur
Cina, dibuatlah Wushi-Mo. Setengah bagian rambut (bagian atas) diwarnai merah
termasuk juga poni yang dipotong pendek dan diwarnai dalam shade yang berbeda,
sedangkan rambut yang tersisa diwarnai coklat dengan sentuhan warna merah pada
rambut bagian dalam.
Tren
Rambut Rotwist ala Asia.
Rotwist
adalah perpaduan dari hiasan kepala penduduk Pulau Rote,
Indonesia dan tatanan rambut
glamor dengan twist di atas yang lazim pada era 1940an. Topi Pulau Rote yang
terkenal ‘Ti’I Langga’ disatukan dengan twist ala 1940an yang penuh gaya, mengkombinasikan
pesona Timur dan Barat. Perpaduan tersebut mempengaruhi pembuatan twist yang
kini diinterpresntasikan kembali dalam anyaman keranjang sehingga tampak
menjadi struktur modern.
Menjadi
daerah paling selatan di Indonesia,
Pulau Rote sangatlah menawan di tengah buncahan kekayaan dari kebudayaan Indonesia. Topi
dari anyaman daun lontar dengan ujung yang tinggi dan lancip ini menyerupai
topi yang dulu pernah digunakan oleh tentara Portugis. Hal ini membuat Ti’I
Langga menjadi warisan kebudayaan yang unik. Di bagian dunia yang lain, gaya rambut barat pada
tahun 1940an merupakan yang paling bergaya dan glamor, sering pula dikatakan
sebagai tampilan “Hollwood vintage klasik”. Tren untuk wanita di masa lalu
adalah memiliki tatanan rambut yang klasik dengan volume dan pilihan.
Rotwist
berhasi merangkum keanekaragaman keduanya. Tampilan Houte Couture ini berbentuk
dari anyaman, ujung yang tinggi, serta twist besar pada puncak kepala,
membuatnya menjadi bahan pembicaraan yang mengalihkan pandangan.
Tren
Rambut Tibed’or ala Asia
Tibed’or
adalah singkatan dari Tibet D’or yang merupakan perpaduan tampilan dari gaya rambut masyarakat Tibet dengan era Elizabethan (Ratu
Elizabeth) atau disebut juga era keemasan. Maka dari itu, tampilan ini
menggunakan kata D’or yang dalam bahasa Perancis berarti emas.
Masyarakat
Tibet
masih menjujung nilai-nilai tradisional seperti sebuah pepatah lokal yang
berbunyi : “hanya dengan membiarkan rabut seseorang tumbuh tanpa dipotong lah
seseorng dapat menjadi orang hebat di masa depan”, Negara tersebut telah lama
dikenal dengan budaya mengepang menggunakan hiasan manik-manik. Para wanita dewasa mengepang rambut mereka menjadi dua
bagian, sedangkan para gadis hanya mengepang menjadi satu bagian. Sementara
itu, di tanah sang Virgin Queen (sebutan bagi Ratu Elizabeth I yang perawan),
lahir Elizabethan Era. Gaya
sang ratu yang menawan sangat dipuja oleh perempuan pada era tersebut. Rambut
yang berwarna terang diiringi kulit cerah serta pipi dan bibir yang merona
menjadi kecantikan yang ideal. Poin utama lain dari gaya Elizabethan adalah memakai ruffs atau
kerah putih yang melingkari kepala yang sering terlihat pada penggambaran Ratu
Elizabet I.
Pertemuan
kedua kebudayaan tersebut menghasilkan komposisi yang menarik yaitu tampilan
Houte Couture TIBED’OR. Rambut panjang yang seluruhnya dikepang dibentuk
menjadi sanggul modern, sedangkan sisa rambut ditata menjadi seperti ruffs
(kerah putih) sang ratu, memadukan kebudayan tradisional Tibet dengan
kenaggunan era Elizabethan.
Makarizo
merupakan perusahaan beauty care terkemuka di Asia
dan pesaing kuat di taraf internsional. Hadir sejak tahun 1980, Makarizo
memberikan kualitas dan standar pelayanan terbaik sehingga tercipta value yang
tinggi serta kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup.
Makarizo
mempertahankan posisi unggulnya dalam bisnis salon profesional dengan top of
mind brand Rebonding System dan 8 brand lainnya : Maxi Smoothing, Exo, Smart
Waves, Concept Ultimax, MK3, Salon Daily, Texture Experience, dan Honey Dew.
Melihat
antusiasme permintaan konsumen atas produk Makarizo yang berkualitas, Makarizo
menyentuh hidup orang banyak dengan menghadirkan brand konsumen seperti
Makarizo Energy, Makarizo Advisor, t1, Vorsatz, dan Rebonding System Kits.
Makarizo merupakan bagian dari PT Akasha Wira International Tbk dengan kantor
pusat di Jakarta, Indonesia. (8globaliTa – Lrd Lita Musa)