I BERANDA I NASIONAL I INTERNASIONAL I METROPOLITAN I POLHUKAM I SOSDIKBUD I EKOBIS I SLERA I OLAHRAGA I NEWSTV I

Senin, 14 September 2015

Budaya/Senin-14-9-2015/03:49-WIB/Daluang Kertas Tulis Tradisional Perlu Dilestarikan


Senin 14 September 2015 || 03 : 49 WIB
Kategori : Budaya
Penulis   : Lrd Viga / 801

Daluang Kertas Tulis Tradisional Perlu Dilestarikan

 
8Globalita – Jakarta, Seiring punahnya sebutan daluang dari bibir para orang tua jaman dulu terhadap kertas, seakan membawa kepunahan juga terhadap pohon daluang yang di era kejayaannya menjadi primadona yang sangat dibutuhkan. Pohon Daluang sebagai bahan baku kertas yang dulu digunakan untuk alat tulis menulis tradisional merupakan potensi sumber daya alam yang perlu dilestarikan.

Daluang istilah atau sebutan kertas pada zaman dahulu. Daluang adalah nama sebuah pohon. Orang tua pada zaman dulu menyebut kartas dengan istilah Daluang. Hal ini karena sesuai namanya Daluang adalah nama sebuah pohon yang oleh orang tua zaman dulu kulitnya digunakan untuk menulis, atau sekarang orang menyebutnya kertas.


Tradisi pembuatan kertas tradisional yang dikenal dengan nama daluang adalah salah satu diantara sekian banyak kearifan tradisional  nusantara yang saat ini sedang terancam punah.

Upaya penyelamatannya saat ini sedang dilakukan konservasi atas tanaman “Paper Mulberry” yang termasuk ke dalam kategori tanaman langka di Indonesia dan penyelamatan aspek tradisi yang lain.

Daluang adalah sejenis kertas yang terbuat dari kulit kayu pohon Paper Mulberry (Broussonetia Papyryfera Vent), pembuatannya dilakukan secara tradisional dengan cara ditumbuk atau di pukul (disamak), kemudian diperam dan dijemur di terik matahari.

 
Di era kejayaannya, keberadaan dan penggunaan daluang sedemikian memasyarakat, terutama untuk keperluan praktis sehari-hari di lingkungan pesantren dan kebutuhan administrasi di pemerintahan lokal. Namun seiring perkembangan jaman dengan masuknya kertas pabrik dari Eropa, daluang dianggap tidak layak, baik secara praktis maupun ekonomis.

Akibatnya, daluang berikut segala aspek pendukungnya  menjadi terancam punah, seiring dengan nyaris punahnya keberadaan pohon ‘Paper Mulberry’ karena tidak terwariskannya sistem pengetahuan dan teknologi tradisional.

Hilangnya sikap menghargai terhadap potensi alam dan pemanfaatan keanekaragaman hayati, termasuk memudarnya rasa memiliki terhadap salah satu aspek budaya Indonesia, yang seharusnya menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Nusantara, telah memudarkan bahan baku daluang yang sesungguhnya sangat berharga yang dapat dijadikan sebagai sumber daya alam.

 
Bahan baku Kertas Daluang terbuat dari Kulit kayu Pohon Daluang, adalah salah satu pohon dari keluarga ‘Paper Mulberry’ (Broussonetia Papyryfera Vent) merupakan salah satu pilihan terbaik untuk bahan baku pembuatan kertas tradisional, karena tumbuhan ini mampu menghasilkan ‘fuya’ sejenis lendir yang baik, dan merupakan satu-satunya jenis tumbuhan yang ditanam untuk keperluan tulis menulis.

Di samping sebagai bahan baku pembuatan kertas, juga sangat baik dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan kain tradisional. Menurut  Heyne, pakaian kulit kayu ini pada jamannya sangat digemari baik oleh laki-laki maupun perempuan, terutama untuk pakaian tidur, karena memberikan rasa sejuk dan nyaman (koel in het gebruik).

 
Sebagai gambaran, saat ini masih terdapat beberapa suku di pedalaman Kalimantan (Dayak), Sumatera (Kubu) dan Sulawesi (Banggai) yang masih membuat dan mengenakan pakaian kulit kayu.

Upaya menghidupkan kembali tradisi pembuatan daluang sebagai kertas tradisional nusantara, secara tidak langsung harus melakukan upaya konservasi atas keberadaan pohon ‘Paper Mulberry’ yang menjadi bahan baku utamanya, karena pohon daluang ini sudah termasuk ke dalam kategori tanaman langka di Indonesia.

Menurut Edi Dolan pengrajin tulis dan aksara budaya tradisional yang menggunakan media daluang ini, bahwa untuk menjamin ketersediaan pohon, langkah awal yang harus dilakukan adalah upaya proses penangkaran, memperbanyak benih, pembudidayaan dan penyebaran serta penanaman benih yang dilakukan secara bersama-sama termasuk mensosialisasikan penggunaan dan manfaat dari jenis pohon ini.

 
“Karena pada dasarnya sejumlah kekayaan alam menjadi punah dikarenakan ketidaktahuan masyarakat dan pemerintah dalam hal pemanfaatannya,” kata Edi Dolan saat di temui di Galeri Nasional dalam acara workshop Aksara Ibu Nusantara dalam rangka memperingati hari Aksara Nasional, di Jakarta, Selasa (8/9/2015).

Pohon Paper Mulberry adalah sejenis tumbuhan tingkat rendah yang termasuk ke dalam keluarga Moraceae. Dikenal juga dengan beberapa nama seperti Paper Moerbeiboom, Murier a Papier, Japanischer Papierbaum dan Paper Mulberry.

Sedangkan di Indonesia dikenal dengan berbagai nama yaitu Sepukau di daerah (Pasemah), Saeh di daerah (Sunda), Glugu atau Galugu di Jawa, Dhalubang atau Dhulubang di Madura, Kembala di Sumba Timur, Rowa di Sumba Barat, Ambo di Baree, Linggowas di Banggai, Iwo di Tembuku, dan Malak di Kepulauan Seram.

Menurut Heyne dalam bukunya yang berjudul Tumbuhan Berguna Indonesia, disebutkan bahwa tumbuhan ini dimungkinkan berasal dari China, namun apabila memperhatikan daerah penyebarannya, kemungkinan tersebut disangsikan, mengingat apabila mempertimbangkan aspek pemanfaatannya yang telah dikenal lama oleh masyarakat tradisional hampir di seluruh kepulauan di Nusantara. (8globalita – Lrd Viga/801).


Follow beritanya di www.8globalita.com  link  www.8globalita.blogspot.com  link  @8globalita_801   link   @kk_viga    link   Facebook : Globalita Globalita