Rabu 26 Juli 2017 || 23 : 40 WIB
Kategori : Film
Penulis
: Lrd Viga 801 / Riri MU
Film BANDA Jalur Rempah Beda Dan Unik
8GlobaliTa – Jakarta,
Banda Jalur Rempah sebuah Film Pertama karya Jay Subyakto berjudul “Banda The
Dark Forgotten Trail”, yang bercerita tentang Peradaban Dunia dimana ketika “Bermula
Lewat Jalur Rempah”. Banda Jalur Rempah, merupakan film dokumenter yang dikemas
secara unik dan berbeda, sehingga membuat penonton tak lagi merasa bosan dan
monoton untuk terus dan terus menontonnya hingga tayangan film usai. Penasaran?
Ya..
Sebagaimana disebut Tome Pires dalam Suma
Oriental (1512-1515) : “Pedagang-pedagang bangsa Melayu mengatakan, Tuhan dan
Banda untuk Pala.”
Banda the Dark Forgotten Trail adalah sebuah
karya film panjang dokumenter yang di produksi oleh Lifelike Pictures, yang
diproduseri oleh Sheila Timothy dan Abduh Aziz, naskah ditulis oleh Irfan Ramli
(Penulis Cahaya Dari Timur, Surat Dari Praha dan Filosofi Kopi 2), dan
disutradarai oleh Jay Subyakto. Departemen Kamera dipimpin oleh Sinematografer
Ipung Rahmat Syaiful, ICS dengan didukung oleh second unit camera Davy Linggar
dan Oscar Motuloh.
Banda the Dark Forgotten Trail menjadi film
panjang pertama dari Jay Subyakto. Ketertarikan dan perhatian Jay dari dulu
terhadap pulau Banda, bersambut dengan tawaran yang datang dari Sheila untuk
menyutradarai film ini.
“Film ini penting karena melupakan masa lalu,
adalah sama dengan mematikan masa depan
bangsa. Sangat penting Banda Neira buat bangsa kita karena di sini lahir banyak
pemikiran, lahir banyak kepedihan, lahir banyak semangat, dan lahir banyak
ironi yang terjadi sampai hari ini,” kata Jay Subyakto.
Pengalaman pertama dalam menyutradarai film
panjang ini dikatakan Jay sebagai suatu pengalaman yang sangat mengesankan,
“melakukan pekerjaan yang kita cintai dengan tim terbaik di negeri surgawi,”
ungkap Jay.
Irfan Ramli sebagai penulis naskah berkata “Banda
the Dark Forgotten Trail adalah satu dari sedikit upaya untuk menegaskan relasi
antara masa lampau dengan persoalan-persoalan kekinian. Menelusuri masa lampau
artinya mempelajari apa yang terjadi dan yang akan terjadi, menjadi bagian dari
identitas dan kesadaran komunal”.
Kepulauan Banda yang kini terlupakan pada masa
lalu menjadi satu dari beberapa kawasan paling diburu karena menghasilkan pala.
Sejak diperkenalkan oleh para pedagang Cina, pala menjadi salah satu komoditi
rempah yang ditaksir dengan harga yang sangat tinggi.
Segenggam pala dianggap lebih bernilai dari segenggam
emas. Hal tersebut membuat para pedagang Cina menutupinya dengan kain sutera.
Jalur Sutera begitu dikenal diseluruh dunia yang sebenarnya merupakan usaha
menutupi Jalur Rempah. Namun kebenaran sesungguhnya, karena rempah-lah ekspedisi-ekspedisi
besar dari Eropa diluncurkan, saling berlomba untuk mencapai pulau kecil di
Timur ini.
Sejarah Banda penuh dengan darah dan
kesedihan. Masa depan Banda dan Pala berubah saat Jan Pieterszoon Coen yang
saat itu sudah berbendera VOC tiba di Banda dan melakukan aksi paling brutal
sepanjang sejarah. Dari jumlah 14.000 orang, setelah peristiwa pembantaian pada
tahun 1621 jumlah penduduk asli kepulauan Banda hanya tersisa 480 orang.
Eksodus besar-besaran dari Banda mengakibatkan
penduduk asli Banda sulit sekali ditemukan terutama di kepulauan Banda. Di sisi
lain, eksodus besar-besaran tersebut menjadikan Banda sebuah kawasan yang unik
karena dihuni berbagai suku bangsa di Nusantara, Arab, Tionghoa, dan Eropa.
Masyarakat inilah yang membentuk mansyarakat Banda hari ini.
Perseteruan Belanda dan Inggris selama
bertahun-tahun di Banda, berakhir dengan ditandatanganinya Perjanjian Brenda
pada tahun 1667 yang berisi penyerahan Pulau Run dari Inggris ke Belanda dan
sebagai gantinya Inggris mendapatkan hak atas Nieuw Amsterdam (Mannhatan, New
York) yang waktu itu di nilai sebagai ganti rugi yang cukup atas Pulau Run.
Banda turut pula berperan penting dalam
lahirnya Indonesia. Di Banda, kolonialisme dimulai, namun di Banda pula ide-ide
kebangsaan lahir. Pada saat hampir bersamaan 4 orang founding fathers Indonesia,
Moh Hatta, Sutan Sjahrir, Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri
dibuang ke Banda Neira.
Kisah terusirnya pribumi dan kedatangan
bangsa-bangsa yang kemudian menjadi orang Banda dalam ragam interaksi sosial
budaya membuat Sutan Sjahrir menjadikannya sebagai salah satu gagasan dalam
perumusan Undang-Undang Dasar 1945. Banda dan keberagamannya merupakan cerminan
Indonesia dengan keberagaman budayanya.
Mengisahkan kehidupan di Kepulauan Banda dan
pala saat ini adalah mengisahkan kisah-kisah tersembunyi yang membentuk
kehidupan manusia hari ini. Kepulauan Banda dengan pala pada satu masa telah
menjadi penyebab migrasi manusia secara besar-besaran dari satu kawasan ke
kawasan lain dan menciptakan ruang akulturasi bangsa-bangsa dari seluruh penjuru
dunia.
Saat ini Banda tetap bertahan dengan industri
perikanan dan pariwisata bawah lautnya. Pala banda yang pernah menjadi
koordinat penting dalam sejarah penjelajahan dan penaklukkan manusia, hari ini
dihadapkan dengan kenyataan bahwa saat ini tidak lagi lebih dari komoditas
sampingan karena tidak adanya inovasi dan kebaruan. Banda tetap bertahan
walaupun dengan denyut nadi yang lemah.
“Banda the Dark Forgotten Trail”, menuturkan
ulang kisah sejarah Kepulauan Banda dan pala, perkebunan pala merupakan hasil
bumi yang pernah menjadi primadona tanah Banda di bumi nusantara ini. sebuah
cerita yang hampir terlupakan yang sebetulnya mampu membangkitkan kembali suatu
semangat kebangsaan dan persatuan bangsa Indonesia saat ini.
Sheila Timothy selaku produser film Banda the
Dark Forgotten Trail berharap “Semoga film ini dapat dinikmati oleh seluruh
pecinta film nasional, dan sejarah Banda dapat kembali diingat untuk dijadikan
semangat dan harapan untuk Indonesia di masa depan.”
Berbagai nilai penting film ini diantaranya
dari segi sejarah, edukasi, inspirasi membuat Indofood dan CIMB Niaga
memberikan dukungannya.
“Melalui film Banda the Dark Forgotten Trail
ini, Indofood ingin menumbuhkan kembali semangat nasionalisme anak bangsa
khususnya generasi muda terhadap sejarah rempah-rempah Nusantara dan
meningkatkan kecintaannya terhadap kuliner nusantara yang kaya akan rempah
seperti produk-produk Indofood. Produk-produk dari group Indofood yang akan
berpartisipasi dan berkolaborasi dirangkaian acara Jalur Rempah adalah Indomie,
Chitato, Indomilk, Bogasari, Bimoli dan Club water,” tutur Fierman Authar, Head of Consumer Engagement,
Corporate Marketing PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Fierman juga menyampaikan bahwa ,
“Rempah-rempah merupakan bagian yang selalu melekat dalam berbagai produk
makanan yang diproduksi oleh Indofood, khususnya untuk produk mie instan, bumbu
dan makanan ringan. Kekayaan Nusantara akan rempah-rempah ini pula yang
menggaungkan kuliner Nusantara di mata dunia. Indofood sebagai salah satu
perusahaan makanan terkemuka ikut mendukung film Banda the Dark Forgotten Trail
dan seluruh rangkain program Jalur Rempah Nusantara dan selalu menjadikan
Kuliner Nusantara yang kaya akan rempah sebagai inspirasi dalam berbagai
produknya”.
Sementara itu, CIMB Niaga, yang merupakan bank
BUKU 4 di Tanah Air mempersembahkan film Banda the Dark Forgotten Trail dan
seluruh rangkaian acara Jalur Rempah sebagai wujud nyata dukungannya terhadap
nilai-nilai sejarah dan pengembangan budaya Indonesia.
“Sebagai institusi yang memiliki sejarah
panjang dalam memenuhi kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia, CIMB Niaga
percaya bahwa dengan mengenal sejarah dan mengimplementasikan nilai-nilai
positif di dalamnya, kita dapat lebih menghargai pencapaian yang diraih sehingga
termotivasi menjadi lebih baik. Kami berkomitmen untuk selalu mendukung
upaya-upaya yang dilakukan demi kemajuan bangsa ini melalui inovasi yang terus
dilakukan,” papar Direktur Compliance, Corporate Secretary and Legal CIMB
Niaga, Fransiska Oei.
“Komitmen ini pun”, lanjut Fransiska “sejalan
dengan fokus CIMB Niaga untuk selalu mendukung nasabah berkembang di berbagai
aspek dan dalam setiap jenjeng kehidupan serta terus maju dalam mencapai
keinginan dan impiannya, sesuai dengan brand promise yang baru bertajuk
“Forward”. Hal ini diwujudkan melalui berbagai ekspresi antara lain melalui
Forward>Your Dreams; Forward>Your Future; Forward>Your Business dan
Forward>Your Achievement.”
Film berdurasi 94 menit ini diisi suara
bintang film ternama, Reza Rahadian sebagai narator dalam versi Indonesia, dan
Ario Bayu sebagai narator dalam versi bahasa inggris.
Film “Banda the Dark Forgotten Trail” tayang
serentak mulai 3 Agustus 2017 di jaringan bioskop nasional. (8GlobaliTa – Lrd Viga 801 / Riri MU).
Kirimkan pesan anda ke email kami di
: kk_viga@yahoo.co.id atau delapanglobalita@yahoo.co.id