Rabu 02 Agustus 2017 || 20 : 19 WIB
Kategori : Film
Penulis
: Lrd Viga 801 / Riri MU
Tanggapan Keberatan Pemutaran Film Banda Di Ambon
8GlobaliTa – Jakarta,
Terkait adanya issu keberatan warga Ambon terhadap pemutaran film Banda di
Ambon, Film Banda Jalur Rempah berjudul “Banda the Dark Forgotten Trail”
produksi Lifelike Pictures, yang disutradarai jay Subyakto yang seyogyanya
ditayangkan serentak 3 Agustus 2017 di jaringan bioskop nasional, ditunda
penayangannya. Tim Film “Banda the Dark Forgotten Trail” sigap menyikapi dan
menanggapi keberatan pemutaran film Banda di Ambon.
“Kami dari tim film “BANDA the Dark Forgotten
Trail” mengetahui dari media tentang demo yang dilakukan sekelompok orang di
Ambon dan menemui DPRD untuk tidak menayangkan film BANDA. Demo tersebut yang
kemudian diterima DPRD menyuarakan untuk menunda film BANDA dengan alasan film-nya
melakukankesalahan sejarah dan telah menimbulkan keresahan yang akan bisa
memicu perkelahian masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut, kami dari film
BANDA menegaskan bahwa sejak awal dan disebutkan dalam narasi di film, kami “tidak
pernah” memberikan pernyataan bahwa “Suku Banda asli punah dari muka bumi.
Penulis dan tim sejak awal mengetahui dan
mengakui eksistensi kelompok masyarakat Banda Eli dan Elat sebagai kelompok
masyarakat Banda yang berimigrasi ketika terjadi kolonialisasi di Banda baik
sebelum tahun 1621 maupun sesudah tahun tersebut.
Penulis dan tim bahkan melakukan penelusuran
sampai ke kampung Bandan (Jakarta Utara) dengan kesadaran masih adanya orang
asli Banda serta merujuk karya tulis Timo Kaartinen “Song of Travel, Stories of
Place” yang secara spesifik meneliti masyarakat Banda Eli dan Elat.
Fokus film adalah bukan mencari orang asli
melainkan membicarakan apa yang tidak tersampaikan dalam sejarah mengenai
kepulauan Banda sebagai salah satu pusat atau epicentrum pencarian rempah dan
pala sebagai yang mula-mula endemik di sana. Sehingga fragmen sejarah 1621 yang
digaris bawahi adalah bagian pembantaian massal/genosida pertama. Dalam film
sendiri dijelaskan bahwa ada dua kelompok masyarakat di Banda, yakni masyarakat
sebelum 1621 dan setelah 1621.
Usman Thalib sebagai sejarawan dan juga
narasumber dalam film BANDA, telah menonton filmnya dan menyatakan “Setelah
menonton, sebagai pakar sejarah saya harus mengatakan tidak ada kesalahan
sedikitpun terkait dengan sejarah Banda sejak era sebelum kolonial sampai
dengan saat ini.
“Sungguh sangat aneh, belum menonton filmnya
tapi sudah menyatakan ada kesalahan sejarah. Film itu sesungguhnya media yang
paling efektif bukan saja dalam rangka membangun karakter dan nasionalisme
anak-anak di negeri ini, tetapi juga sarana promosi yang paling efektif dalam
membangun dunia pariwisata di provinsi Maluku. Ancaman boikot terhadap film
Banda the Dark Forgotten Trail sama halnya dengan ancaman terhadap pembangunan
karakter dan nasionalisme anak bangsa di daerah ini. Demikian pula menjadi
ancaman terhadap pembangunan kepariwisataan di Maluku.”
Klarifikasi untuk meluruskan kesalahpahaman
ini juga telah kami sampaikan melalui media sosial kami, dan antara lain juga
pada acara Rappler Talk 20 Juli 2017, dimana pada kesempatan yang sama tersebut
kami juga bertemu dan berdiskusi dengan perwakilan saudara-saudara dari Banda
yang ada di Jakarta dan permasalahan sudah dianggap selesai dan diterima dengan
baik. Media Bisnis.com juga telah merevisi kesalahan kutipan yang mereka
lakukan http:/bit.ly/2tQ8Evz.
Kami sangat menyayangkan bahwa hal ini semua
terjadi, sementara mereka yang kontra terhadap film ini justru belum menonton
filmnya. Kami mengajak semua pihak untuk berkepala dingin dan menonton filmnya
dulu yang akan beredar di bioskop pada 3 Agustus 2017 ini. (8GlobaliTa
– Lrd Viga 801 / Riri MU).
Kirimkan pesan anda ke email kami di
: kk_viga@yahoo.co.id atau delapanglobalita@yahoo.co.id