I BERANDA I NASIONAL I INTERNASIONAL I METROPOLITAN I POLHUKAM I SOSDIKBUD I EKOBIS I SLERA I OLAHRAGA I NEWSTV I

Jumat, 30 Agustus 2013

Erwin Pohe Di mata Sang Istri dan Keluarga

8Globalita-Jakarta, Setelah di semayamkan selama 3 hari di rumah duka RS. Gatot Soebroto, Jakarta, Erwin Pohe dihantarkan oleh seluruh keluarga, teman, sahabat, jemaat, juga para pecinta-nya menuju tempat peristirahatannya terakhir di Pemakaman San Diego Hills Karawang.

Dr Erwin Arellano Pohe MBA, lahir 21 Januari 1940, menghadap Sang Pencipta pkl 12.10 wib hari Minggu di RS Siloam, Karawaci. Ia mengalami pendarahan di otak sepekan sebelumnya, setelah terjatuh saat Khotbah Minggu.

Semasa hidupnya Dr. Erwin Pohe aktif berkecimpung di dunia olah raga, politik, sosial dan keagamaan. Almarhum meninggalkan seorang istri, dr Tresiaty Pohe, serta lima anak dan 10 cucu. Di pentas politik, almarhum Dr. Erwin Pohe merupakan salah satu pendiri PDKB (Partai Demokrasi Kasih Bangsa), dan terakhir menduduki posisi Sekjen.

Di luar kiprahnya di bidang olahraga dan politik, almarhum juga aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Almarhum pernah menduduki berbagai jabatan penting, diantaranya sebagai Wakil Ketua Kompartemen Moneter Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jaya, Ketua KADIN Tingkat II Jakarta Barat, Wakil Ketua Umum KADIN Jaya (1985).

Di bidang olahraga, di antaranya, Ketua PBI Jaya tiga periode di era 1980-an, Bendahara KONI DKI, Bendahara PB Perpani, Ketua Perpani DKI. Di bidang sosial, antara lain mendirikan 'Gerbang Aksa', panti rehab untuk pecandu narkoba. Sebagai pengusaha, almarhum adalah pendiri sekaligus Direktur Klinik Estetika, dan Direktur Utama Lasik Indonesia.

Dari karya-karya yang ia lakukan termasuk perhatiannya di bidang politik, serta kegiatan gereja menunjukkan perhatiannya yang besar terhadap perbaikan nasib bangsa. Ia mengimpikan hidup di bumi yang damai, seperti diajarkan Tuhan. Ternyata realitasnya dunia tidak seperti yang diimpikannya. Itulah sebabnya almarhum, tampak prihatin terhadap perkembangan bangsa Indonesia utamanya setelah reformasi.

Buku yang ditulisnya, "Meretas Persaudaraan Dalam Kebhinekaan" menjadi cerminan keresahan sekaligus harapan yang diimpikannya. Itu jugalah menjadi alasan baginya mengapa ia terjun dalam dunia politik, sekalipun selalu gagal menjadi anggota Legislatif, karena menolak berpolitik kotor.

Bagi orang terdekat seperti karyawan juga anak-anak angkatnya, sosok Erwin Pohe bukan hanya atasan, tapi lebih seperti teman, sahabat, ayah yang banyak membantu, tanpa memandang ras, suku, dan agama. Sikapnya yang selalu tenang, membuatnya dekat dengan seluruh pegawainya. 

"Babe selalu mengajak kami buat belajar. Terutama buat menulis. Menurut beliau setiap manusia harus bisa menulis, mengenai banyak hal tentang kehidupan," papar Maria yang selama 16 tahun menemani Erwin Pohe menyelesaikan pekerjaannya.

Di mata istri dan putra putrinya, Erwin Pohe adalah sosok suami, papa, opa, yang sangat menyayangi keluarganya.

"Papa mampu mengajak kami yang tidak tau politik, jadi mencintai politik," tutur Maya kepada 8Globalita.com. Hal yang sama juga diungkapkan sang istri, Tresiaty yang telah 45 tahun mendampingi dalam mahligai perkawinan.

"Saya mengenal Bapak justru setelah karyawan, teman, sahabat bersaksi. Dan saya justru jatuh cinta sama Bapak, setelah meninggal." tutur Tresiatiy menutup perbincangan siang itu. (Lrd.Khalits)