I BERANDA I NASIONAL I INTERNASIONAL I METROPOLITAN I POLHUKAM I SOSDIKBUD I EKOBIS I SLERA I OLAHRAGA I NEWSTV I

Senin, 26 Oktober 2015

News/Sen-26-10-2015/20:19-WIB/Survei Populi Buktikan Masyarakat Tidak Puas Satu Tahun Kabinet Kerja Jokowi


Senin 26 Oktober 2015  ||  20 : 19 WIB
Kategori : News
Penulis   : Lrd Viga / Riri

Survei Populi Buktikan Masyarakat Tidak Puas Satu Tahun Kabinet Kerja Jokowi

 
8GlobaliTa – Jakarta, Lembaga kajian nirlaba yang mendalami masalah opini dan kebijakan publik, Populi Center, menyelenggarakan survey nasional dalam periode waktu 15 hingga 22 Oktober 2015 di seluruh 34 provinsi Indonesia, tentang Kinerja Satu Tahun Kabinet Kerja – Pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla.

Survei ini dimaksdkan untuk mengetahui persepsi masyarakat Indonesia tentang kineja pemerintahan Jokowi – JK beserta jajaran kabinetnya selama satu tahun ini, sejak 20 Oktober 2014 – 20 Oktober 2015. Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan 1200 responden yang dipilih dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error +/- 2.9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Adapun beberapa temuan penting yang dihasikan dari survei ini adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla menurun. Hal ini terlihat dari data yang menunjukkan sebanyak 52,9% masyarakat Indonesia menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas. Sebanyak 43,5% menyatakan puas dan sangat puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga mendapatkan range angka kepuasan yang hampir sama dengan Presidn Joko Widodo. Sebanyak 55,1% masyarakat Indonesia menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas terhadap kinerja Wapres JK dan 39,5% menyatakan puas dan sangat puas.

 
Apabila diukur dengan nilai rapor dari 1 (sangat tidak puas) sampai 10 (sangat puas), 64,7% masyarakat Indonesia memberi nilai 6-10 yaitu positif puas terhadap kepemimpinan Presiden Jokowi. Angka ini menurun dibanding bulan Januari 2015 lalu yang sebanyak 70,1%. Namun penurunan ini tidak begitu signifikan, dan dukungan terhadap Presiden Jokowi masih sangat kuat.

“Elektabilitas top of mind Presiden Jokowi masih 36.6%, jauh di atas Prabowo yang mencapai 24.3% dan berikutnya Basuki Tjahja Purnama yang 3.1%. Ini berarti Presiden Jokowi  masih dipercaya masyarakat luas sebagai pemimpin yang memberi harapan perbaikan”, ujar Nona Evita, peneliti Populi Center yang lulusan SOAS Univercity of London ini di acara diskusi penilaian publik tentang satu tahun Kinerja kabinet Jokowi – Jusuf Kalla yang diadakan Populi Center dengan tema “Satu Tahun Kabinet Kerja Kinerja Sudah Terasa?”, di kawasan Gatot Subroto Jakarta, Senin (26/10/2015).

Hadir dalam diskusi tersebut sebagai narasumber seperti Dr Thamrin Tomagola – FISIP UI, Irine Hiraswari Gayatri MS – P2P LIPI, Aria Bima – Politisi PDIP, Dr Nico Harjanto – Populi Center dan Nona Evita, peneliti Populi Center lulusan SOAS Univercity of London yang memaparkan hasil survei Populi Center terhadap Kinerja Kabinet Jokowi – JK selama satu tahun.

Menurut hasil survei Populi Center lanjut Nona Evita, Masyarakat juga memberi nilai mengenai prestasi Jokowi yang paling menonjol. 30.6% menilai bahwa pembagian kartu Indonesia Pintar, Sehat, dan Sejahtera menjadi bentuk prestasi/keberhasilan Jokowi yang paling menonjol selama setahun masa jabatan. Hal ini pun berbanding lurus dengan kebijakan yang dirasa paling bermanfaat dimana sebanyak 46.1% masyarakat menilai pembagian kartu Indonesia Pintar, Sehat dan Sejahtera menjadi kebijakan yang dirasa paling bermanfaat oleh masyarakat.

Selanjutnya, 20.8% menilai bahwa penyaluran dana desa menjadi prestasi kedua yang paling menonjol, disusul oleh pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif di prestasi ketiga sebesar 10.1%, meski demikian , 29.2% masyarakat cenderung tidak tahu akan prestasi/keberhasilan Presiden Jokowi yang paling menonjol.

Sebaliknya, 58.2% masyarakat Indonesia menilai bahwa kenaikan BBM bulan November 2014 merupakan keputusan Presiden Jokowi yang paling mengecewakan. Disusul oleh pencalonan Kapolri bulan Januari 2104 yang berujung konflik  KPK-Polri dengan presentase sebesar 10.9%. Selanjutnya, 33.8% masyarakat Indonesia menilai kenaikan harga-harga bahan kebutuhan menjadi masalah yang paling buruk penanganannya diikuti dengan penanganan kebakaran hutan dan lahan sebesar 27.1%. Untuk tahun 2016, masyarakat menilai bahwa pengangguran atau kesempatan kerja menjadi persoalan paling penting untuk segera diselesaikan oleh pemerintah Jokowi- JK.

“Tragedi asap juga mempengaruhi bagaimana masyarakat menilai kinerja Presiden dan menteri-menteri. Khusus di daerah-daerah yang sudah terdampak asap cukup lama yaitu di Pulau Sumatera dan Kalimantan, tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden lebih rendah dibandingkan di daerah lain yang belum /tidak terkena dampak asap,” jelas Nona Evita.

Presentase responden yang menyatakan puas dan sangat puas terhadap kinerja presiden Jokowi di daerah terdampak asap hanyalah 35.6% , sementara yang tidak puas dan sangat tidak puas sebesar 60.8%. Kalau di daerah yang belum/tidak terdampak asap, responden yang puas dan sangat puas terhadap kineja Presiden Jokowi mencapai 45.6%, dan yang menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas ada 50.8%. Ini menunjukkan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi lebih tinggi di daerah yang terdampak asap.

Mengenai popularitas Jokowi, 43% menjawab blusukan saat ditanya apa yang paling diingat saat mendengar nama Presiden Jokowi. Sementara itu 20.6% masyarakat memberi nilai Jokowi sebagai figur yang merakyat. Untuk menteri yang paling disukai/favorit dari bulan Januari ke Oktober, menteri Susi, Khofifah dan Anies masih menjadi 3 menteri terfavorit di kabinet kerja. Namun posisi Puan sebagai menteri terfavorit keempat telah digantikan oleh Rizal Ramli yang belum lama dilantik menjadi menteri.

Tiga menteri dengan penilaian kinerja paling positif adalah Susi Pudjiastuti, Khofifah Indar Parawansa, dan Anies Baswedan. Menteri Susi masih dianggap paling memuaskan kinerjanya, dengan 38.1% responden menyatakan puas dan hanya 3.8% responden yang menyatakan kecewa, serta sisanya menjawab ada harapan atau tidak menjawab sama sekali.

Sementara itu, dari 34 menteri anggota kabinet kerja, publik menilai negatif knerja dari 27 menteri dengan presentase yang menyatakan kecewa lebih besar dari yang menyatakan puas terhadap kinerja masing-masing menteri tersebut. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nachrawi dinilai kinerjanya memuaskan hanya oleh 6.2% responden dan sebanyak 14.9% responden menyatakan kecewa dan sisanya menjawab ada harapan atau tidak menjawab sama sekali.

Namun bagi masyarakat di daerah terdampak asap, mereka yang kecewa kepada Menteri Khofifah, Yohanan Yambise, dan Anies Baswedan lebih tinggi presentasenya dibandingkan kepada Menteri Siti Nurbaya atau Menteri Nila F. Moeloek.

Mengenai evaluasi Lembaga Negara, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi lembaga yang dianggap responden paling bisa dipercaya, kemudian disusul dengan Presiden dan TNI yang memiliki angka presentase yang sama yaitu sebesar 15.4%. Mengenai lembaga negara yang paling korup, 46.3% responden menyebut DPR/DPRD sebagai lembaga negara terkorup, disusul oleh Polri yang sebesar 12.5%. Peringkat lembaga negara terkorup bulan Oktober sama dengan bulan Januari.

Selanjutnya tingkat kepercayaan publik terhadap DPR juga menurun. Hal ini tampak dari 56.1% masyarakat yang menyatakan bahwa DPR sebagai lembaga negara, kurang bisa dipercaya. Dana aspirasi 20 Milyar Rupiah per anggota DPR menjadi kontroversi yang paling disesalkan oleh responden dengan presentase sebesar 32.9%, diikuti dengan pembangunan gedung-gedung baru DPR dengan presentase 15.3%. (8GlobaliTa – Lrd Viga / Riri).


Follow beritanya di www.8globalita.com  link  www.8globalita.blogspot.com  link  @8globalita_801   link   @kk_viga    link   Facebook : Globalita Globalita.

Kirimkan pesan anda ke email kami di : kk_viga@yahoo.co.id atau delapanglobalita@yahoo.co.id