Jumat 9 Oktober 2015
|| 20 : 20 WIB
Kategori : Style
Penulis : Lrd Viga
801/Ri2
Matrix Siap Bangun Kepercayan Jadikan Salon
Profesional Nomor Satu
![]() |
Satria Bakti - Business Unit Manager Matrix Indonesia |
8GlobaliTa – Jakarta,
Tidak banyak orang tahu, kalau pelaku bisnis salon bisa memiliki sekelas mobil
mewah seharga lebih dari ratusan juta. Banyak orang berpikir dan menganggap
tidak mungkin. Namun demikian kenapa tidak! Jika bisnis salon yang dimiliki
mampu dijalankan secara profesional dan berkualitas, hal yang tidak mungkin itu
bisa terwujud.
Bisnis salon bisa juga memberikan style hidup mewah dan
berkecukupan jika salon di kelola dan dimenej secara baik dan profesional.
Memang tidak mudah, namun banyak cara dilakukan untuk bisa menuju salon
berkualitas dan profesional. Matrix Indonesia siap membangun salon
menjadi sebuah bisnis profesional yang layak diperhitungkan dan kembali meraih
masa keemasannya.
Sebagaimana dikatakan Bussiness Unit Manager Matrix
Indonesia, Satria Bakti, di acara Konferensi Pers Matrix New Biolage bersama
Matthew Johnson and Patricia L. Viola di salah satu hotel di kawasan Casablanca
Kuningan Jakarta, Rabu (7/10/2015),
salah satu kunci utama untuk bisa membangun salon menjadi sebuah salon
berkualitas dan profesional adalah dengan menggunakan system dan memiliki Sumber
Daya Manusia yang mau terbuka dan konsisten.
“Kalau bicara salon, kuncinya harus terbuka dan konsisten. Dua
hal inilah yang benar-benar dibutuhkan salon. Kalau bicara ramah, Indonesia sudah
ramah banget, tapi saking ramahnya, profesionalism itu jadi tidak terlihat,”
kata Satria Bakti.
Terbuka dan konsisten merupakan dua komponen paling penting
dalam mengelola salon. Dengan terbuka dia akan membuka dirinya - membuka
pikirannya untuk selalu mau menerima edukasi. system penuh ketertutupan, akan
membuat bisnis salon tertinggal jauh, atau bahkan mati karena terlindas oleh
yang lain yang semakin berkembang sesuai perkembangan zaman.
Seiring dengan perkembangan zaman di era modern ini, bisnis
salon semakin banyak dan produk rumahan pun semakin berkembang pesat. Jika
tetap mempertahankan pola lama dengan menganut pola tertutup, sementara inovasi
produk dan pengetahuan setiap orang semakin maju dan berkembang, dan tidak mau
terbuka, maka bisa dijamin, salon ini tidak akan berkembang dan tidak akan
maju.
“Karena produk-produk salon juga kan
berkembang terus, teknologi berkembang terus, tren dan gaya semakin berkembang, kalau dia gak mau
menerima secara terbuka informasi-informasi itu dan kalau dia gak mau belajar,
mati dia,” ujar Satria Bakti.
Ada
cara untuk mendapatkan SDM salon berkualitas dan profesional. Yaitu dengan mencari dari sekolah-sekolah atau
melalui tempat-tempat traning center, baik lokal maupun skala nasional. Di
Indonesia masih banyak salon yang memakai jasa SDM nya melalui learning by
doing, yaitu menggunakan tenaga dari salon itu sendiri, seperti merekrut
saudaranya, tetangganya atau siapapun, yang dimulai mungkin dari bersih-bersih
dulu, lalu naik jadi shampo boy, jadi creambath boy, akhirnya belajar gunting,
belajar color, dan seterusnya.
Berdasarkan hasil survei, ada beberapa jenis salon seperti midle
segmen, top segmen itu tidak lebih dari 20% dari top marketing yang ada, 80%
itu ada di sampai dengan ke bawah.
Untuk menjadikan salon berkembang maju dan profesional, yang
paling penting dilakukan adalah dengan edukasi. Itu sebabnya Matrix tidak
henti-hentinya sejak dari beberapa tahun yang lalu selalu mengajak salon-salon
untuk datang ke edukasi-edukasi. Dari situ mereka akan tahu seperti apa salon
yang profesional? Bagaimana cara mengembangkan skill dan edukasi. Ada dua skil yang harus
dipelajari yaitu tentang hair skil meliputi cara dialog, cara benahin rambut,
cara menggunting rambut, cara meluruskan rambut. Kedua, adalah cara memanage salo.
“Untuk salon-salon besar dan ngetop, mereka udah jago, gak
usah diajarin lagi, mereka udah bisa terbang sendiri. Tapi untuk jenis salon
yang berada di posisi menengah ini masih perlu pengetahuan dan nformasi yang
tidak sedikit. Tapi kadang-kadang juga salon tidak berkembang bukan salahnya
mereka, melainkan karena yang salah adalah orang brand atau orang produk, yang
rata-rata sejak dari zaman salesman ada, sampai sekarang, kalau sales datang ke
salon tujuannya hanya promo dan promo tanpa memperhatikan untuk bisa membangun
salon tersebut menjadi maju dan berkembang, karena para sales produk itu umumnya
hanya fokus bagaimana ngeruk uang salon,” kata Satria Bakti.
Martix berbeda, lanjut Satria, karena Matrix datang dengan tujuan
mengajak untuk membuat salon maju, yaitu dengan edukasi. Selain edukasi, tidak ada
cara lain untuk membuat sebuah salon maju dan berkembang. Matrik sudah banyak
memberikan education ke banyak salon, tidak hanya di Jakarta
tapi juga diluar Jakarta.
Matrik memiliki edukator yang jumlahnya puluhan dan menyebar diseluruh provinsi
di nusantara. Bahkan Matrix bekerjasama dengan pusat-pusat kursus setempat atau
salon-salon yang ada di daerah, seperti kerjasama dengan salah satu salon di Tanah
Bumbu, Kalimantan. Matrix menjadikan salon
tersebut sebagai pusat edukasi.
“Edukator kami yang datang ke salon tersebut atau kami yang
mengundang mereka, untuk datang ke kelas workshop kami. Materi yang disampaikan
Edukator kami, baik yang di Tanah Bumbu maupun yang di New York itu sama, tidak berbeda,” jelas
Satria Bakti yang memfokuskan karirnya pada bidang sales dan marketing.
Dalam memberikan edukasi kepada salon, Matrix tidak memilih
salon tersebut member atau tidak, karena bagi Matrix edukasi is go on, itu
sebab Matrix, memiliki partner toko-toko salon displayer atau penyedia
peralatan salon. Dan salesman Matrix bisa
datang ke salon tersebut dengan jadwal reguler.
“Salon yang mau edukasi, tinggal mendaftarkan diri. Selain
itu kami juga memakai media digital. Melaui Facebook dan website dan YoutubeMatrix,
semua salon bisa belajar. Kami mengembangkan mulai dari edukasi konvensional
maupun edukasi lewat digital, disini kita benar-benar terbuka,” kata lulusan
Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Jurusan Tekni Industri dan Manajemen ini.
![]() |
Penulis Berfoto Bersama Satria Bakti |
Dua syarat yang harus dijalankan salon untuk bisa berkembang
maju dan profesional yaitu TERBUKA dan KONSISTEN. Dengan selalu terbuka salon
tersebut akan selalu upgrade skilnya dan konsisten. Mengingat profesionalism itu adalah
konsistensi dari menerapakan step by step services yang ada di salon.
“Kalau kita mau ramah – senyum, itu kan harus tahu kapan saat harus senyum dan kapan
tidak, itu ada edukasinya, ada step-stepnya. Makanya kami selalu katakan yang
namanya customer experience atau klien journey harus terbuka dan konsisten,
karena itu yang akan bikin salon maju. Masih banyak syarat lainnya. Tapi yang
paling prinsip adalah 2 itulah yang harus dijalankan, karena itu yang paling
penting,” papar Satria Bakti yang berpengalaman 9 tahun mengembangkan strategi
sales dan marketing.
Saat ini berdasarkan Data Estimasi Matrix, Salon di Indonesia
ada hampir 120.000 salon. Dari yang bersakala kecil sampai skala besar. Istilah
salon kecil matrix menyebutnya salon UMT atau ‘Salon Under Man Go Thrie’. Matrix
pernah melakukan survei kepada salon-salon seperti ini. Itu dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana salon tersebut mempunyai keinginan untuk maju dan
berkembang setaraf salon besar.
“Hampir semuanya mau salonnya maju, cuma banyak yang gak
tahu caranya untuk maju, itu tugas brand dan tugas kami, untuk menginspirasi
mereka, tentang how to do nya, itu yang penting. Kalau inspirasi doang kan
percuma,” tambah Satria Bakti.yang diangkat menadi Business Unit Manager Matrix
Indonesia, PT L’Oreal Indonesia dari tahun 2012 hingga sekarang.
Agar salon maju dan berkembang harus dikelola secara
profesional, melalui keterbukaan informasi dan edukasi serta memiliki managemen
skil. Terkait hal ini Matrix mempunyai modul edukasi yang bisa digunakan salon yaitu
“Edukasi Sistem Salon Managemen”. Pertama, Matrix mengadakan kelas-kelas
edukasi diseluruh Indonesia.
Kedua adalah Coaching Untuk salon.
“Cara yang kedua ini masih pilot project, kami mulai jalankan
di Jakarta.
Mulai dari coaching untuk salon, program kelas salon emotions, dan lain-lain.
Kami menugaskan salah seorang dari tim pusat sebagai bisnis coachnya salon. Jadi
kami mau bergerak lebih dalam lagi, tidak hanya sekedar edukasi tapi juga coach,”
kata pria yang mngawali karirnya sebagai Regional Operation Manager untuk
L’Oreal Profesional pada tahun 2007.
Yang ketiga yang dilakukan Marix adalah merubah mindset salon,
bukan lagi jadi seorang salesman tapi lebih kepada menjadi Seles Consultant, sehingga
ketika sales datang ke salon dia tidak hanya jualan tapi lebih kepada interaski
tentang keadaan salonnya dan memberikan konsultasi dan solusi terhadap masalah
yang dihadapi salon. Coaching dilakukan minimal satu kali dalam sebulan.
“Kita juga punya metode pengukurannya, ada softwernya,
mereka bisa mengukur dirinya sendiri, kami tinggal kasih alamat websitenya ke
mereka dan kami share di offsort, sehingga tahu kekurangannya dia. karena customer
journey ada 7 nilai dari masuk salon sampai dia keluar salon. Dia bisa ngukur
sampai dimana arah kemampuannya, tapi dia harus jujur pada dirinya.karena bukan
kami yang menilai, tapi mereka lah yang menilai dirinya sendiri,” terang Satria
Bakti yang pernah berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan Salase Manager
Caoching di Shanghai.
Untuk meningkatkan kemampuan pekerja salon terhadap kepuasan
pelanggan tahap pertama yang harus dilakukan adalah training dan mempunya skill
untuk bisnis. Matrix punya modul klien service sebagai sarana dan cara untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam melayani tamu dengan ramah dan profesional.
Detailnya ada dimodul dan ada di kelas. Ada sekitar 12 modul yang bisa digunakan untuk
menunjang bisnis salon. Tergantung salonnya mau pilih yang mana. Sebagai brand matrix
maupun salon punya tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik kepada
pelanggan. “Hanya masalahnya mereka mau atau tidak, kita tidak bisa paksa,”
ujar Satria.
Dalam upaya menciptakan lingkungan kerja di salon agar interaktif
dan menyenangkan, paling penting yang harus dilakukan adalah dari sisi ownernya
terlebih dulu. Seorang owner harus mengetahu bagaimana caranya mengatur dan melayani
stafnya. Karena kalau owner tidak mengerti bagaimana cara melayani stafnya, bagaimana
stafnya bisa melayani customernya dengan baik. Itulah yang pertama harus
dilakukan di salon selain hairdresser. Karena selain hairdresser yang paling
berpengaruh adalah owner, yang menggaji karyawan salon.
“Owner harus tahu bagaimana membuat stafnya nyaman, dan staf
mempunyai prinsip keterbukaan dan konsisten, dengan begitu pasti mereka akan
mengerti bagaimana caranya melayani costumernya,”
Agar SDM salon kreatif dan inovatif, selain keterbukaan dan
konsisten, salon harus membekali stafnya dengan knowledge, mengirimnya ke
edukasi. Matrix memliki edukasi dengan modul sangat komplit. Ada sekitar 12 Modul yang bisa diadikan owner
sebahan bahan edukasi dalam mengembangkan salon. “Owner dapat memilih modul
sesuai kebutuhan, dengan cara menghubungi Konsultan Matrix. Seperti misalnya ada
stafnya yang mulutnya tidak mau tersenyum, untuk hal tersebut di Matrix ada
modul comunication. Sementara ini modul tersebut belum kita taruh di internet,
karena kita lebih private. sebab salon itu lebih suka yang interaktif daripada yang
banyak. Jadi kita lebih private kepada mereka yang datang dengan menghubungi
konsultan kami atau menghubungi teknikal advisor kami yang menyebar di salon
suplier yang ada di seluruh Indonesia,”
ulas Satria Bakti .
Prinsip utama yang harus dilakukan untuk menciptakan rasa
nyaman diantara sesama karyawan adanya keterbukaan dan konsisten. Adanya KPA
yang jelas. Selama ini orang berpendapat bahwa salon itu bisnis rumahan. Tetapi
tidak sedikit Top hairdresser dan Owner salon besar dan ternama, di Jakarta, memiliki
kendaraan mewah yang harganya lebih dari ratusan juta. Bahkan di Surabaya, Top
Hairdresser salon kelas B memiliki Moge yang harganya mencapai ratusan juta.
Dengan KPA dan pembagian pekerjaan yang jelas serta sistem
promosi yang tepat akan membantu owner untuk mencetak hairdresser itu. Selain
itu sistem insentif yang jelas juga penting, karena dapat memacu karyawan untuk
lebih termotivasi melakukan yang terbaik.
Berdasarkan kategori tingkatan, sampai hari ini belum ada
teori yang persis untuk kategori salon A – B – C atau D. Namun demikian Matrix
memiliki penilaian tersendiri untuk menentukan salon pada posisi kategori
tersebut. Kategori A, dilihat dari penampakan salon, secara interior maupun
eksterior termasuk luasan salon, jumlah kursi dan jumlah hairdressernya.
Semakin banyak hairdressernya, kelas salon tersebut semakin
tinggi. Selain itu juga dilihat dari harga servicenya, terutama harga service
hair carenya. Dari situ bisa ditentukan salon itu menduduki kategori kelas yang
mana.
Salon di mal dengan luasan sekitar 6m x 10m square dengan kaca
15, dan jumlah hairdresser minimum 5, stafnya minimum 25, harga service seperti
perawatan, creambath minimal 75 ribu, salon tersebut masuk kategori salon kelas
atas atau kelas A. Salon dengan kursi antara 10 sampai 15, jumlah hair dresser
antara 2 atau 3, kursi 4, dan harga creambath 45 ribu sampai kurang dari 75
ribu, itu masuk kategori kelas B. Untuk salon kelas C, memiliki hairdresser
antara 1 atau 2, kaca kurang dari antara 3 sampai maksimum kursi 6, dan harga
creambath antara 25 - 45 ribu. Salon kelas D, adalah yang di bawah itu. yaitu
harga creambath di bawah atau maksimum 25 ribu, hairdresser hanya 1, kaca dan
kursi stylis hanya 2 dan ukuran salonnya sekitar 3m x 4meter atau 12meter square.
“Seperti itulah cara kami melihatnya untuk komponen kategori
kelas salon, yaitu dari penampakan salon, jumlah kursi, jumlah sitstylis, harga
service terutama creambath. Tapi itu versi kami dari Matrix, mungkin yang lain
punya versi sendiri, tetapi kami dari Matrix dan L’Oreal Group ya seperti itu
menilainya. Sebagai group dengan banyak brand dan terbesar di dunia untuk
hairdrysing bisnis, kami membagi segmentasi salon dengan tolak ukur seperti itu
tadi,” pungkas Bussiness Unit Manager Matrix Indonesia, Satria Bakti, di acara
Konferensi Pers Matrix New Biolage bersama Matthew Johnson and Patricia L.
Viola di salah satu hotel di kawasan Casablanca Kuningan Jakarta, Rabu
(7/10/2015. (8globaliTa – Lrd Viga 801 / Ri2).
Follow beritanya di www.8globalita.com
link www.8globalita.blogspot.com
link @8globalita_801 link
@kk_viga link Facebook : Globalita Globalita