I BERANDA I NASIONAL I INTERNASIONAL I METROPOLITAN I POLHUKAM I SOSDIKBUD I EKOBIS I SLERA I OLAHRAGA I NEWSTV I

Rabu, 20 November 2013

Ekonomi/20-Nov-2013/23:30/Warteg Solusi Lapangan Kerja Mandiri Tingkatkan Perekonomian Indonesia


Warteg Solusi Lapangan Kerja Mandiri Tingkatkan Perekonomian Indonesia
Penulis : Lrd.Khalits

8Globalita-Jakarta, Saat ini Indonesia sedang terpuruk. Keterpurukan ekonomi di tandai dengan depresiasi nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya. Hal itu berimbas pada melemahnya daya saing dan daya beli masyarakat indnesia secara umum.

Dunia usaha juga mengalami imbas yang sama, tentu saja ini menyumbang masalah terhadap tingginya pengangguran di indonesia, yang mencapai 7,79 juta orang atau sebesar 5,92 % dari jumlah angkatan kerja indnesia sebesar 121,2 juta sebagaimana data per Oktober 2013.

Memberdayakan UKM adalah salah satu cara mengatasi hal ini. khususnya PKL dan pembinaa terhadap kewirausahaan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi indonesia. Pedagang kreatif dan wirausaha memiliki daya inovasi, gigih dan ulet.

Bila diberdayakan akan sangat membantu penciptaan lapangan kerja, penciptaan peluang usaha sehingga akan ikut menurunkan tingkat penangguran.

Inilah diskusi yang diangkat oleh Perindo DKI Jakarta yang diprakarsai ketua DPW Wijaya Kusuma S. pada 20 november 2013 di Vote caffee dengan menghadirkan narasumber diantaranya, Mukroni Nusantara, Ketua Kowantra (Koperasi Warung Nusantara), Sawid, calon Anggota DPRD DKI jakarta, Dian Meutia Rachmanita, dan moderator Mudji harjanto, selaku ketua bidang DPP Perindo.

Untuk itu, Platform Perubahan Indonesia (Perindo) kembali mengadakan diskusi publik yang secara rutin di gelar setiap dua minggu sekali. Untuk diskusi kali ini, Platform Perubahan Indonesia mengangkat tema tentang Terpuruknya Ekonomi, UKM, Solusi Lapangan Kerja untuk Ekonomi Indonesia Yang Mandiri.

Wijaya Kusuma selaku Ketua DPW Perindo DKI Jakarta mengatakan, "Saya sangat prihatin dengan keadaan negara kita, Indonesia merupakan negara besar dan kaya. Namun segala sesuatu masih mengandalkan barang impor, sampai-sampai untuk jilbab saja kita harus impor dari luar negeri. Kita hanya bisa mengekspor TKW. Ini semua sangat memprihatinkan, dimana sebuah negara kaya raya namun angka pengangguran masih besar."

“Untuk mengatasi pengangguran di Indonesia, salah satu caranya adalah dengan memberdayakan UKM khususnya PKL dan pembinaan terhadap kewirausahaan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia. Pedagang Kreatif Lapangan dan Wirausaha memiliki daya inovasi, gigih, dan ulet,” lanjut Wijaya Kusuma saat membuka diskusi di VOTE Coffee Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2013).

“Warteg juga merupakan satu sektor usaha kerakyatan yang berpotensi maju dan menjadi penopang perekonomian,” kata Mukroni.

Menurutnya, keberadaan warteg di ibukota menjadi tempat makan favorit warga jakarta, terbukti dengan mayoritas pengusaha warteg yang tergabung dalam komunitas warung nusantara menjajakan usahanya di ibukota.

Selain itu, pengusaha warteg juga dinilai Mukroni sebagai contoh  kegiatan kewirausahaan yang layak ditiru dan diberdayakan.

“Pengusaha warteg merupakan orang yang luar biasa, mereka berangkat dari desa yang kecil penghasil bawang merah, naun berani untuk keluar daerah dan berspekulasi melakukan usaha, dan akhirnya berhasil,” ungkap Mukroni lagi.

Ditambahnya, berdasarkan penelitian, negara yang memiliki warga berprofesi wirausaha minimal 2 persen dari penduduknya, akan dapat dikatakan berhasil dan akan berjaya untuk ke depannya.

“maka  jika Indonesia ingin menjadi negara yang maju, haruslah mempunyai rakyat yang mempunyai jiwa wirausaha,” kata Mukroni

Disisi lain, Dian Meutia Rachmanita mengatakan, pengusaha warteg, khususnya yang berada di di Jakarta adalah salah satu sektor perekonomian rakyat.

“Siatuasi sekarang ini mungkin asih bisa ditangani walaupun keadaan negeri ini carut marut,” uajar Sawid.

Akan tetapi dijelaskannya bagaiman 5 tahun mendatang? Mengingat pertumbuhan penduduk 1,3 % pertahun dikali 220 juta jiwa atau sekitar 3,5 juta orang bertambah setiap tahunnya.

“Artinya ada 3,5 juta mulut yang harus diisi dengan pangan tambahan setiap tahun, untuk itulah ekonomi kerakatan diperlukan,” kata Sawid.

Sementara itu menurut Wijaya Kusuma Subroto, Ketua DPW Perindo DKI Jakarta, bahwa dengan menggalakan program UKM maka iupayakan akan mengasah masyarakat untuk menjadi trampil dalam berusaha dan mempertahankan ekonomi kerakyatan.

“Diharapkan dengan tumbuhnya ekonomi kerakyatan maka import barang luar negeri pada akhirnya dapat ditekan,” pungkas Wijaya. (Lrd.Khalits)