Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2014 Beresiko Melambat
Penulis : Lrd. Khalits
8Globalita-Jakarta, Pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tahun 2014 diperkirakan akan melambat. Hal ini dapat
berubah arah berbagai kebijakan makro tambahan yang terarah. Demikian disampaikan
dalam laporan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia Bank Dunia (IEQ)
terbaru.
Menghadapi hal itu, Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah
langkah guna memperkuat stabilitas makro jangka pendek, terutama lewat
penyesuaian kebijakan moneter dan nilai tukar rupiah. Namun untuk meningkatkan
perdagangan dan merangsang laju pertumbuhan jangka panjang, yang diperlukan
adalah reformasi struktural yang lebih luas.
“Indonesia telah melewati tahun penuh tantangan dengan jatuhnya
permintaan ekspor dan harga komoditas, selain juga pasar modal yang bergejolak
dan sulitnya memperoleh dana eksternal. Kebijakan moneter telah mendukung
penyesuaian ekonomi,” kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia,
Rodrigo Chaves.
“Indonesia akan menerima manfaat bila pemerintah berfokus pada
investasi yang bersifat jangka panjang, karena Indonesia memerlukan lebih
banyak investasi. Kebijakan moneter sebaiknya tidak merupakan tanggapan yang
dominan,”
Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan PDB Indonesia turun dari
level 5,6 persen di 2013 menjadi 5,3 persen di 2014. Salah satu alasan untuk
pelemahan prediksi Bank Dunia adalah penurunan investasi yang hanya tumbuh 4,5
persen di kuartal ketiga. Terutama untuk alat berat dan industri mesin.
Poyeksi Bank Dunia masih diwarnai sejumlah risiko tinggi, dan
tertuju pada pertumbuhan yang lebih lemah. Rencana penghapusan stimulus Bank Sentral
Amerika Serikat (US Federal Reserve) diperkirakan akan membuat kondisi pasar
modal dunia terus bergejolak dan menghambat akses Indonesia terhadap dana
eksternal. Pertumbuhan konsumsi domestik – yang selama ini cukup tangguh – juga
diperkirakan akan melemah. Proyeksi keuangan juga terlihat rentan akibat
belanja subsidi BBM.
Defisit neraca akun berjalan diperkirakan akan menyusut dari $31
milyar (3,5 persen PDB) di 2013 menjadi $23 milyar di 2014 (2,6 persen PDB),
akibat lemahnya pertumbuhan impor dan permintaan ekspor yang meningkat secara
moderat.
Dalam rangka menyikapi defisit neraca akun berjalan, yang perlu
dilakukan bukanlah menekan tingkat impor, tetapi dengan menaikkan ekspor dan
mengamankan ketersediaan dana ekternal, terutama investasi asing (FDI).
“Langkah-langkah perbaikan terhadap iklim usaha sangat penting
untuk menarik investasi. Membuat peraturan perdagangan dan logistik lebih
sederhana juga dapat membantu mendongkrak ekspor,” ujar Ndiame Diop, Ekonom Utama
Bank Dunia untuk Indonesia, pada acara Indonesia Economic Quarterly Launch, di
Auditorium BKPM Jakarta, Senin (16/12/2013). (Lrd. Khalits)